Mohon tunggu...
Chrisma Juita Nainggolan
Chrisma Juita Nainggolan Mohon Tunggu... Guru - Emak berliterasi

Guru ekonomi SMAN 1 Kualuh Selatan, Labura Sumut

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Inspiratif, Cakap Digital, Cakap Pedagogik

20 Januari 2024   13:33 Diperbarui: 20 Januari 2024   16:02 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen Pribadi

Berikutnya, guru harus menguasai teknologi berbasis digital. Penguasaan teknologi akan memudahkan proses belajar mengajar yang akan berimbas pada hasil belajar. Jika guru tidak menguasai teknologi, maka akan tergantikan. Meski fakta berkata bahwa sebanyak 60% guru di Indonesia yang penguasaan TIK masih terbatas (Pustekkom, 2021). Sejalan dengan itu, pada pertemuan Education Working Group G20, Indonesia telah mengusulkan pemanfaatan teknologi dalam upaya transformasi pendidikan global.

Salah satu hikmah dari pandemi adalah terjadinya perubahan luar biasa di bidang pendidikan. Maka, guru harus berani merubah pola pikir, keluar dari zona nyaman. Jika selama ini masih mengandalkan metode ceramah, mulailah terapkan metode pembelajaran berdiferensiasi.

Pada pembelajaran berdiferensiasi, siswa belajar sebanding dengan tingkat pemahaman yang mereka miliki terhadap mata pelajaran yang disajikan. Sehingga, siswa berinteraksi sesuai dengan gaya belajar, minat, seperti yang disyaratkan pada implementasi kurikulum merdeka. Guru yang inspiratif dan profesional akan melakukan proses memanusiakan manusia, merdeka dengan segala aspek baik secara jasmani maupun rohani. Melalui pembelajaran berdiferensiasi, guru inspiratif juga mampu menggali potensi siswa dengan menerapkan konsep merdeka belajar.

Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah sejalan dengan konsep merdeka belajar, yaitu berpihak pada murid. Maka, sudah seyogyanyalah pendidikan humanis merupakan keharusan. Untuk mewujudkan pendidikan humanis, guru dapat melakukan berbagai cara. Misalnya, memberi rasa nyaman bagi siswa, berlaku adil, tidak diskriminatif, mengatasi siswa yang bermasalah dengan baik, dan seterusnya.

Selanjutnya, guru harus mampu menjadi contoh teladan bagi siswa. Bukankah pepatah lama mengatakan bahwa "Guru kencing berdiri, murid kencing berlari?". Jika guru memberi contoh perilaku buruk, maka siswa akan melakukan hal tersebut jauh lebih buruk lagi. Sebaliknya, jika guru memberikan contoh teladan, maka ratusan bahkan ribuan siswa berpotensi akan mengikuti contoh tersebut dengan lebih baik lagi. Dengan contoh teladan, maka akan tertanamlah karakter kuat pada siswa.

Guru inspiratif harus memiliki keberanian untuk melakukan inovasi di bidang pendidikan. Untuk itu, seorang guru harus selalu mengupgrade diri agar mampu menyesuaikan ilmu yang dimiliki dengan tren yang terjadi.  Dari masa ke masa, siswa  hadir dengan wajah berbeda. Siswa pada masa tahun 1990-an, tidak lagi sama dengan siswa tahun 2000-an, apalagi jika kita bandingkan dengan tahun 2020-an. Mereka ini yang dilabeli dengan generasi Z, hadir di sekolah dengan membawa pengaruh teknologi terbaru.

Penggunaan media sosial dalam pembelajaran, juga dapat diterapkan jika ingin menjadi guru inspiratif yang mampu menjawab tantangan pendidikan di 78 tahun kemerdekaan. Data BPS 2021, sebanyak 88,99% anak usia 5 tahun keatas  mengakses internet untuk media sosial. Fakta ini menjadi salah satu alasan bahwa media sosial dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan belajar.

Guru dapat memberikan tugas kepada siswa, kemudian hasilnya diposting di media sosial. Dengan cara ini, maka media sosial akan diramaikan oleh konten-konten edukatif yang bermanfaat. Karya siswa yang ditampilkan di media sosial, merupakan aksi nyata dari merdeka belajar, yakni kebebasan berekspresi.

Dari beberapa paparan tersebut, satu hal yang harus dipahami, jangan sampai terjadi pemahaman semu, bahwa cakap digital setara dengan cakap pedagogik. Sebaiknya, guru inspiratif harus mampu menyeimbangkan antara ilmu pedagogik dengan penguasaan teknologi digital di bidang pendidikan. Pembelajaran akan berkualitas, jika terjalin sinergi dan kolaborasi antara guru dan siswa, siswa dan siswa, guru dan guru, siswa dengan sumber belajar.

Akhirnya, selamat berjuang para guru inspiratif Indonesia, anda adalah pejuang pendidikan. Ditangan anda terletak nasib bocah pemilik negeri, yang akan mengayuh perahu besar bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun