Kemarin, ada sahabat yang memberi komentar pada repost saya di medsos. Beliau bertanya, apakah posting berulang-ulang tentang produk yang dijual merupakan perilaku pamer?. Saya jawab tidak, itu bagian dari promosi, sebab beliau telah memproduksi batako varian baru, dengan berbagai warna.Â
Terkadang, ada saja netizen yang julid (pinjam istilah nih), posting barang yang baru diproduksi disebut pamer, wajar saja toh, karena beliau jualan. Untuk hal seperti ini, abaikan saja, tidak usah berkecil hati.
Anda masih ingin pamer?, berhentilah. Masih banyak kegiatan lain yang dapat kita lakukan yang lebih bermanfaat bagi semesta. Manfaatkan kesempatan dan ilmu yang kita miliki untuk mengedukasi bangsa, sebab ilmu jika dibagi-bagi akan bertambah.
Sebagai tambahan, jika sudah mampu membunuh virus pamer dalam diri kita, maka hindari juga postingan yang justru bermakna berbeda. Misalnya nih, memosting gambar jeruk dan salak pemberian orang lain, dengan caption "terimakasih untuk oleh-olehnya, maaf tidak sebut nama, sebab ada hati yang harus dijaga".
Salam literasi dari bumi Kualuh, basimpul kuat, babontuk elok.
Karena Menulis Aku Bahagia_2 YPTD
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H