Saya coba  buka lagi diary  yang saya simpan  di memori 32 GB dalam ingatan saya. Inilah barangkali  flash disk ciptaan Tuhan yang sangat luar biasa. May be.....
Ini kejadian sudah  berpulu- puluh tahun yang lampau. Saat itu saya masih di sekolah dasar tahun 1981, jadi sudah 41 tahun berlalu, tetapi file nya  masih bisa saya buka dengan baik. Saya dulu SD nya di SDN Deli 1, Daerah Tanjung Perak, Surabaya.
Saya lanjut ya ceritanya.  Suatu hari  saya lagi bersama teman - teman, bermain di kebun belakang sekolah. Tak berapa lama berselang, salah satu teman saya melihat ada seekor tawon besar  tergeletak, bergerak - gerak di atas tanah. Saya juga melihat tawon itu, kasihan dia, sepertinya sedang tak sehat badannya.
Tawon itu warnanya hitam dan di kepalanya ada warna kuning, kami menyebutnya " tawon endas " ( endas = kepala ). Teman saya tadi bilang ke saya kalau tawon itu tidak punya entup ( entup = sengat), sambil dia menunjuk ke arah tawon itu. Â Pokoknya teman saya bilang begitu dan saya percaya saja saat itu. Wong namanya masih SD ya begitulah, apa adanya ditelan mentah - mentah.Â
Saat itu juga,  saya langsung percaya akan omongan teman saya tadi. Kemudian dengan tangan kanan, saya ambil tawon yang tergeletak di atas tanah itu, dan memang benar tawon itu diam saja ketika saya letakkan di telapak tangan kiri  saya, sambil saya senggol - senggol dengan jari telunjuk saya. Tak lama kemudian, saya letakkan tawon tadi di dekat pot bunga, barangkali dia bisa terbang lagi nanti. Kami kemudian masuk ke kelas,  karena bel istirahat sudah selesai.
Sugesti bahwa tawon endas tidak menyengat ternyata  menancap kuat dalam ingatan saya, terbawa hingga saya masuk  SMA.
Pada suatu hari, ada tawon endas yang sedang terbang rendah di dekat saya, kemudian saya sampluk pakai tangan dan dia jatuh ke tanah. Saya ambil  tawon yang pingsan itu, kemudian  saya taruh di dalam genggaman ke dua tangan saya. Tawon itu terbang di dalam dekapan tangan  saya...wung..wung..wung, bunyinya seperti itu.Â
Tawon itu tidak ngapa -ngapain pada ke dua telapak tangan saya, karena sugesti saya percaya bahwa tawon itu tidak menyengat. Tak lama, saya buka telapak tangan saya, tawon itu langsung ngabrit  terbang ke atas , semakin tinggi dan pergi entah kemana. Inilah yang terjadi, karena sugesti saya percaya bahwa tawon itu tidak menyengat, ya tidak terjadi apa - apa pada diri saya saat itu.Â
Hingga suatu saat, ketika saya berhasil lagi menyampluk tawon lain lagi. Tawon itu jatuh ke tanah, lalu saya ambil dan mau saya masukan ke saku baju teman saya yang lagi mengerjakan PR matematika. Maksud saya saat itu, saya ingin menggoda teman saya yang lagi serius mengerjakan PR matematika yang lupa dikerjakannya di rumah.
Ketika tawon itu akan saya masukan ke saku baju  teman saya itu, tiba -tiba teman saya bereaksi dikira saya mau mengambil uang yang ada di sakunya. Plak, tawon tadi tergencet telapak tangan teman saya.
Apa yang yang terjadi kemudian mengagetkan saya.  Ternyata tawon tadi menyengat teman saya. Teman saya kesakitan sambil memegang tangan kanannya yang disengat tawon endas tadi.  Tangannya sampai gemetaran menahan rasa sakit dan  wajahnya langsung memerah.Â
Melihat ini , saya langsung  reflek berlari ke ruang UKS, minta remashon. Begitu dapat remashon, saya langsung balik lagi  menuju teman saya tadi. Segera saya olesi tangan teman saya dengan remashon. Untung lama - lama sakitnya mereda dan teman saya sudah tidak sakit lagi tangannya dan wajahnya sudah tidak pucat lagi.Â
Teman saya marah kepada saya. Ngawur aja kamu!,  kata teman saya. Saya minta maaf ke teman saya. Saya baru sadar, kalau  tawon endas ternyata punya entop ( sengat ).  Sejak kejadian ini,  sugesti saya sontak  berubah,  saya percaya bahwa tawon endas ada sengatnya.Â
Dari kejadian ini semua, saya sudah tidak berani lagi menyampluk dan memegang tawon endas untuk selamanya, karena sugesti saya sudah berubah menjadi percaya bahwa tawon endas punya sengat dan itu berbahaya.
Mana ada tawon tidak punya entop....piye toh Pak Wisnoe  iki ? he...he...he. Kapok bin Kapok.....pelajaran berharga  dari alam untuk diri saya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H