Mohon tunggu...
Chuck Wisnoe
Chuck Wisnoe Mohon Tunggu... Wiraswasta - The cool.....

What is done in a hurry is seldom done well

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kudeta Myanmar dan Konsekuensinya

10 Februari 2021   13:03 Diperbarui: 10 Februari 2021   13:15 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Menetang Kudeta Di Myanmar (afp/photo)

Di era global saat ini, suksesi kepemimpinan suatu negara harus melalui kaidah pemilihan umum yang demokratis. Kelihatannya sudah tidak ada apresiasi jika pergantian pemimpin suatu negara dilakukan dengan cara yang inkonstitusional, baik itu pemilhan umum yang direkayasa apalagi sampai terjadi kudeta militer.

Sistem pemerintahan demokrasi menjadi hal utama saat ini. Dunia internasional lebih menghargai proses demokrasi yang transparan dalam pergantian pucuk pimpinan suatu negara.  Hal semacam pemilihan umum yang curang apalagi  kudeta militer  sudah tidak mendapat simpati dari dunia internasional. 

Seperti yang terjadi negara Myanmar, kudeta militer sontak saja menjadi perhatian serius dunia internasional. Beragam reaksi mengemuka dengan peristiwa kudeta militer ini. Banyak sekali  negara  yang mengecam daripada menyokong pengambil alihan kekuasaan secara paksa ini.

Sebut saja United Nations yang langsung mengecam dengan keras pengambil alihan kekuasan melalui kudeta militer ini. Begitu juga dengan Selandia Baru yang langsung memutus hubungan diplomatik dengan Myanmar. 

Ke depannya, Myanmar di bawah kekuasaan militer saat ini, sudah pasti akan mendapat tekanan dari dunia internasional. Mulai dari pemutusan hubungan diplomatik sampai yang terberat adalah pengenaan embargo ekonomi kepada negara ini.

Jika sampai menerima sanksi embargo ekonomi , Myanmar akan semakin sulit dan ini bisa membuat kondisi menjadi semakin runyam , terutama bagi rakyat disana. Sudah pasti mimpi buruk bagi penguasa junta militer saat ini.

Unjuk rasa besar - besaran  dari barisan rakyat Myanmar yang cinta demokrasi masih berlangsung saat ini. Demokrasi yang mulai tumbuh di Myanmar seakan mundur kembali ke jaman otoriter dibawah kendali penguasa militer.

Sanksi embargo ekonomi dan pemutusan hubungan diplimatik  dari dunia internasional menjadi salah satu cara untuk memberi pelajaran berharga  kepada penguasa junta militer dibawah pimpinan jendral Min Aung Hlaing. 

Jadi inilah salah satu  konsekuensi  jika pergantian kekuasaan di suatu negara tidak dilakukan secara konstitusional dengan menjalankan asas - asas demokrasi. Bagaimana rasanya jika suatu negara  dikuncilkan oleh dunia internasional, pastinya akan kalang kabut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun