Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

70 Tahun Superioritas Israel

16 Mei 2021   18:53 Diperbarui: 18 November 2023   22:31 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Asap mengepul setelah serangan udara Israel di Kota Gaza di tengah memuncaknya konflik Israel dan Palestina pada Rabu, 12 Mei 2021.(Foto Kompas / Khalil Hamra)

Ba'ath mulai berkuasa di Suriah pada 1963 dan kemudian di Irak pada 1968. Di Suriah, partai ini masih bertahan dengan diwariskannya kekuasaan dari Hafez al-Assad ke Bashar al-Assad. Sementara di Irak, Ba'ath sudah diberangus saat Saddam Hussein tumbang oleh serangan tentara sekutu pimpinan AS.

Konflik internal di Suriah ditengarai sebagai upaya untuk meruntuhkan rejim Al-Assad sekaligus mencoreng wajah Islam di pentas internasional.

Generasi masa kini mungkin tak mengenal Saddam Hussein, Muammar Qadhafi dan Hafez al-Assad sebagai sosok anti kolonialisme Zionis. Justru yang lebih dikenal adalah sosok Saddam dan Qadhafi sebagai diktator yang tak segan melanggengkan kekuasaannya secara zalim.

Tak beda dengan rezim al-Assad di Suriah. Pandangan sektarian bahwa mereka bagian dari Syiah yang diberitakan giat memerangi Sunni dalam perang saudara akan lebih mengemuka. Fakta bahwa Suriah pernah menjadi rumah gerakan muqawamah Palestina, Hamas dari 2001 hingga meletusnya perang saudara pada 2012 menjadi informasi yang asing yang di telinga.

Hal yang sama terjadi pada Iran dan faksi militan Lebanon, Hizbullah. Jutaan dollar AS yang dikucurkan pemerintah Iran kepada Hamas luput dari daftar partisipasi negara Arab dalam anti Zionisme.

Kompleksitas permasalahan Palestina pun muncul dari dalam tubuh faksi-faksi perlawanan. Friksi yang pernah terjadi antara Fatah dan Hamas menjadi dinamika yang mewarnai perjalanan anti pendudukan Israel. 

Dan pada saat yang bersamaan, Turki menyembul dan menjadi bintang kontra Israel. Meski di lapangan, perekonomian Turki mereguk keuntungan dari hubungan perdagangan dengan Israel. 

Tercatat dalam kurun waktu 2014 hingga 2021, nilai rata-rata ekspor Turki ke Israel mencapai USD 302 juta. Melihat kondisi itu, Erdogan harus bermain cantik dalam upaya konfrontasinya dengan Israel. Atau nantinya ancaman Turki ke Israel akan berakhir sebagai retorika.

Sumber :

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun