"KAMI adalah gerakan moral rakyat Indonesia dari berbagai elemen dan komponen yang berjuang bagi tegaknya kedaulatan negara, terciptanya kesejahteraan rakyat, dan terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia," kata Ketua Komite KAMI Ahmad Yani saat membacakan Jatidiri KAMI, di lokasi deklarasi sebagaimana diberitakan Detikcom.
Gerakan Moral vs Politik
Istilah gerakan moral tentu lebih elegan untuk disandang daripada politik. Istilah itu diharapkan akan membawa imej positif bagi para pemrakarsa dan pengikutnya. Meski sebagian pihak sudah menengarai bahwa ia akan berujung pada gerakan politik.
Moral berbicara pada hal-hal bersifat positif membangun. Sementara politik, pada praktiknya --meski tak seluruhnya-- telah dikotori oleh berbagai hal yang menyimpang dari nilai-nilai yang bersifat positif apatah lagi bernilai kebenaran.
Politik yang bermuara pada kekuasaan tak selalu beriringan dengan moralitas karena para praktisinya --meski tak semua-- yang lupa atau dengan sengaja mengebelakangkan prinsip-prinsip kebenaran dalam bertindak. Karena itulah, politik dikatakan kotor.
Meski dalam keseharian, tiap manusia pun pada dasarnya berpolitik baik dalam lingkup keluarga, bermasyarakat atau dalam pekerjaannya. Namun politik selalu diarahkan pada tema yang lebih besar yakni berebut dan mempertahankan kekuasaan dalam lingkup bernegara.
Dan nampaknya Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) memiliki pandangan bahwa saat ini para pemangku kekuasaan perlu diingatkan akan nilai-nilai moral dalam berpolitik praktis agar berjalan sesuai dengan yang seharusnya (baca : sesuai dengan kehendak para aktivis KAMI).
Berpolitik di Balik Gerakan Moral
Mungkin KAMI bukan yang pertama dan satu-satunya yang telah mendeklarasikan diri sebagai gerakan yang me-reminder penguasa.
Salah satu pertanyaan yang muncul selepas gerakan itu dideklarasikan adalah apakah ia akan tetap pada khittah-nya sebagai gerakan moral ataukah akan ber-revolusi menjadi gerakan politik. Ataukah menjadi gerakan politik yang berbaju gerakan moral?
Jika kita ingat cerita tentang gerakan 212 dengan segenap jilidnya, hal itu pantas untuk dipertanyakan.
Hingga kini, saya haqqul yaqin jika ditanyakan kepada para alumni yang masih setia pada gerakan itu --sebab ada juga alumni yang sudah cabut-- maka dengan serta merta mereka akan mengatakan bahwa motif dari semua yang telah ditempuh adalah non politik. Bahkan bisa jadi jawabannya adalah dalam rangka melawan kezaliman penguasa.
Meski KAMI nggak akan menempuh jalan serupa dengan gerakan 212 yang mengandalkan kekuatan massa di jalanan bukan tak mungkin mereka berdua akan menjadi gerakan yang sama-sama memiliki tujuan politis. Ia adalah sebagai panggung untuk menyuarakan sikap oposisinya terhadap pemerintahan.
Jika dilihat dari komposisi orang-orang yang mendukungnya, KAMI lebih mungkin bergerak di tataran yang lebih elit. Nama-nama seperti Din Syamsuddin, Rizal Ramli, MS Kaban, Said Didu, Gatot Nurmantyo, Refly Harun atau Rocky Gerung nampaknya bukan menjadi jaminan bahwa gerakan ini akan bermuara sebagai parlemen jalanan.
Meskipun diakui oleh Din sebagai inisiator, gerakan itu sudah mendapatkan dukungan luas dari berbagai daerah di Tanah Air bahkan juga di Amerika, Australia, Selandia Baru, Qatar, Swiss, Taiwan, dan beberapa negara lain, yang memudahkan untuk menggalang massa.*
Itu sah-sah saja. Toh enggak seru juga kalau di media massa apalagi di media sosial enggak ada kegiatan politik yang bisa dijadikan bahan obrolan.
Manuver-manuver seperti itu cukup dijadikan sebagai bahan untuk mencerdaskan diri dan membuka wawasan kekinian tentang kondisi politik Tanah Air.
Tapi ingat, yang sehat. Terutama bagi para pelaku gerakan-gerakan moral dan para pengikutnya. Jangan sampai mengatasnamakan moral namun justru mengotori gerakan itu dengan tindakan kurang beradab meski hanya secuil, seperti mendungu-dungukan orang lain yang tak sependapat.
Baca juga artikel lainnya:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H