Jika dilihat dari komposisi orang-orang yang mendukungnya, KAMI lebih mungkin bergerak di tataran yang lebih elit. Nama-nama seperti Din Syamsuddin, Rizal Ramli, MS Kaban, Said Didu, Gatot Nurmantyo, Refly Harun atau Rocky Gerung nampaknya bukan menjadi jaminan bahwa gerakan ini akan bermuara sebagai parlemen jalanan.
Meskipun diakui oleh Din sebagai inisiator, gerakan itu sudah mendapatkan dukungan luas dari berbagai daerah di Tanah Air bahkan juga di Amerika, Australia, Selandia Baru, Qatar, Swiss, Taiwan, dan beberapa negara lain, yang memudahkan untuk menggalang massa.*
Itu sah-sah saja. Toh enggak seru juga kalau di media massa apalagi di media sosial enggak ada kegiatan politik yang bisa dijadikan bahan obrolan.
Manuver-manuver seperti itu cukup dijadikan sebagai bahan untuk mencerdaskan diri dan membuka wawasan kekinian tentang kondisi politik Tanah Air.
Tapi ingat, yang sehat. Terutama bagi para pelaku gerakan-gerakan moral dan para pengikutnya. Jangan sampai mengatasnamakan moral namun justru mengotori gerakan itu dengan tindakan kurang beradab meski hanya secuil, seperti mendungu-dungukan orang lain yang tak sependapat.
Baca juga artikel lainnya:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H