Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bintang Jasa bagi Fadli dan Fahri Jadi Polemik? Kok Bisa?

12 Agustus 2020   20:03 Diperbarui: 12 Agustus 2020   23:53 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Memiliki integritas moral dan keteladanan; berjasa terhadap bangsa dan negara; Berkelakuan baik; setia dan tidak mengkhianati bangsa dan negara; dan tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pindana yang diancam dengan pidana penjara singkat 5 tahun", demikian bunyi pasal 25 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 mengenai syarat bagi warga sipil untuk dapat dianugerahi Bintang Mahaputra Nararya.

Selain Fadli Zon dan Fahri Hamzah, Muhammad Hatta Ali (Hakim Agung RI masa jabatan 2010-2020), Farouk Mohammad (Wakil Ketua DPD RI periode 2014–2017), Suhardi Alius (Kepala BNPT 2016-2020) serta 22 tenaga medis yang gugur karena menangani Covid-19 juga masuk dalam daftar penerima bintang jasa itu.*

Fadli Zon dan Fahri Hamzah, Kenapa Tidak?

Mendengar 2 tokoh nasional itu akan dianugerahi bintang jasa, sebagian orang mengernyitkan dahi tanda bertanya-tanya.

"Kok bisa??!!", begitu kira-kira kalimat interogatifnya.

Pertanyaan macam itu wajar muncul dari mereka yang selama ini menilai 2 sosok itu karena kerap mengkritisi kinerja pemerintah. 

"Masa air tuba mau dibalas dengan air susu?", begitu ungkapan bapernya.

Tapi tenang, yang selow.. Kritis dan benci itu beda, lho. Meski sama-sama terdengar mencari-cari kesalahan, kritis itu bermuatan ion positif. Kata itu mewakili sebuah keinginan untuk memperbaiki, mereduksi kekurangan agar diperoleh hasil yang lebih baik di masa mendatang.

Kalau benci, beda. Orang yang benci kepada sesuatu atau seseorang, inginnya selaaaalu saja menjelekkan. Tak ada iktikad baik untuk memuji satu buah keberhasilan pun dari orang yang dibenci. Jangankan memuji, mengakui saja sungkan. Juga tak ada yang baik di penglihatannya bahkan untuk hal yang baik sekalipun. 

Jelas beda 'kan?

Dan bagi saya, Bang Fadli dan Bang Fahri mewakili definisi pertama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun