Hotman pun menyarankan kepada Pemprov Bali untuk membawa sang musisi ke kuburan para korban Covid-19.
Mengenai tantangan Jerinx terhadapnya, Hotman nampak tak terlalu menanggapi serius. Meski mereka tampak berbalas pantun melalui akun media sosialnya masing-masing.
Hotman vs Jerinx, Personifikasi Realita vs Teori
Hotman Paris dan Jerinx mewakili 2 profesi yang berbeda.Â
Hotman adalah pengacara yang selalu berkutat dengan hal-hal fisik yang digunakan dalam berperkara. Bukti dan saksi adalah sebuah hal konkrit yang harus dicari dan dipelajari dalam menangani sebuah kasus. Tanpa bukti, seorang kriminal bisa saja lolos dari hukuman. Dengan kesaksian, seorang kriminal tak dapat melenggang bebas dari kejahatannya.
Sementara Jerinx yang merupakan seorang musisi selalu berhadapan dengan kreasi, sebuah kata yang mewakili hasil olah pikir dan rasa. Sebuah kata yang mendeskripsikan sesuatu yang ada karena diciptakan. Dia menjadi sebuah hal konkrit karena perbuatan seseorang yang menelurkannya dari pikiran.
Sehingga jelas, Hotman dan Jerinx adalah para expertise yang berkutat dengan alam yang berbeda.Â
Dalam skala 0 hingga 10, kebenaran sebuah teori konspirasi bisa menempati posisi di manapun. Ia bisa memuat kebenaran atau bernilai 0 karena hanya berkutat pada dugaan-dugaan yang berasal dari otak-atik dan potongan-potongan berita serta pengakuan.
Bila pun memuat kebenaran, sangat mungkin bahwa tak seluruh fragmen yang menjadi penyusun sebuah serial teori itu bernilai benar.Â
Wong polisi saja saat menggali fakta dari sebuah tindak kriminal, melakukan rentetan prosedur pengumpulan informasi dari penyelidikan, penyidikan, olah TKP dan sebagainya.Â
Bisa dibandingkan dengan mereka yang menyusun hipotesis berdasarkan dugaan dan tanpa bukti konkrit yang bisa dipertanggungjawabkan.
Meski mengandung kebenaran, teori konspirasi tetaplah sebuah teori. Boleh saja mempercayai, namun tak ada salahnya pula jika menempatkannya di keranjang sampah.