Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Nyinyirin Cadar, Abu Janda Offside (Lagi)

24 April 2020   21:20 Diperbarui: 24 April 2020   23:46 846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Permadi Arya alias tokoh fiktif media sosial, Ustad Abu Janda al-Boliwudi I Bisnis.com

Secara eksplisit, dia terlihat hendak memposisikan cadar sebagai sesuatu yang mesti distigma lebih rendah dari pakaian tradisional.

Tangkapan layar twt Permadi Arya | Twitter Permadi Arya
Tangkapan layar twt Permadi Arya | Twitter Permadi Arya
Meski menyertakan caption NO DEBAT, dia justru memprovokasi penghuni dunia maya untuk melayangkan counter terhadap pernyataannya.

Di sini nampaknya Permadi lupa tak paham bahwa cadar adalah masalah yang di dalamnya terjadi perbedaan pendapat bahkan di antara para ulama Syafi'iyah sekalipun*. Adapun salah satu golongan yang menyandarkan diri pada mazhab fiqih yang diprakarsai oleh Imam Muhammad Idris al-Syafi'i itu adalah Nahdlatul Ulama (NU).

Dan kita tahu bahwa Permadi ini gemar mengidentifikasi dirinya sebagai nahdliyyin atau setidaknya akrab dengan orang-orang NU. 

Jadi mengatakan hal buruk mengenai cadar apalagi mengafiliasikannya hanya kepada sikap ekstrim sebagian orang Islam, eksklusif apalagi hanya sekedar poligami, ibarat seorang yang menumpang jualan di pekarangan orang tapi nyinyir terhadap salah seorang anak si tuan rumah.

Sentilan pun datang dari Dr. Nadirsyah Hosen. Dalam twit yang me-mention Permadi, Rais Syuriah PCI NU Australia dan New Zealand itu menilai bahwa memperbandingan kebaya dan cadar adalah sebuah pemikiran sempit. 

Mas @permadiaktivis pendapat saya wajah perempuan gak termasuk aurat, sehingga gak wajib ditutupi. Tapi kalau ada yg mau bercadar, saya hormati. Toh gak ganggu saya apapun pilihan cara berpakaian dan alasan mereka. Buat saya terlalu sempit menilai perempuan semata dr pakaian

Demikian bunyi twit Gus Nadir. 

Offside lagi...

Oleh sebagian orang, cadar kerap dijadikan sebagai alat untuk mengidentifikasi ekstrimisme. Jelas hal itu adalah sebuah penilaian yang keliru. Gebyah uyah kata orang Jawa.

Jika para ekstrimis berlatar agama itu mengenakan cadar, bukan berarti cadar hanya identik dengan pemahaman ekstrim terhadap agama. Akibat pemikiran salah itu, muncullah diskriminasi dan antipati orang terhadap pengguna cadar. Meski tak ekspresif, paling tidak ada saja yang berpikir, "Beragama kok gini-gini amat ya terlalunya". 

Dan twit Permadi bisa saja menimbulkan kesan lebih buruk lagi. Apalagi saat disentil Gus Nadir, dia berkilah bahwa cadar tak punya sandaran kuat dari Quran maupun hadits. 

Lha kalau pernyataannya itu dipegang oleh para follower-nya, lalu diletakkan dimana hasil ijtihad para ulama fiqih yang jelas mu'tabar (otoritatif) dalam keilmuannya?, dimana sebagian dari mereka berpendapat bahwa cadar adalah sunnah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun