Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Artikel ke-200 dan 111 Ribu Tayangan YouTube

11 April 2020   20:31 Diperbarui: 11 April 2020   21:23 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhirnya sampai juga ke artikel yang ke-200. Yep, tak terasa jempol ini sudah menelurkan 200 artikel di Kompasiana. Masih sedikit. Banyak Kompasianer yang menelurkan tulisan dengan jumlah jauh lebih banyak dan bermutu dari seorang Ahmad Indra. Apalah saya.

Bermula Dari Saran Teman

Memiliki akun di Kompasiana adalah saran dari seorang rekan kerja. Daripada bikin blog sendiri di galaksi yang sudah penuh dengan blogger, mending 'ngekost' saja di sini. Lebih praktis. 

Tepatnya pada 23 Maret 2019, tulisan pertama saya mendarat di tajuk 'Terbaru'. Tanpa ba bi bu, artikel perdana itu tak diganjar status apa pun. Maklum newbie, masih seadanya. 

Waktu itu, saya pun tak paham tentang banyaknya katagori artikel para Kompasianer. 'Pilihan', 'Artikel Utama' apalagi "Featured Article". Wong sampai sekarang saja, yang disebut terakhir itu saya masih nggak paham maksudnya.

Waktu terus berjalan. Dan akhirnya, ada juga artikel saya yang diganjar predikat 'Artikel Utama'. Vale the Incredible judulnya. Bertutur tentang calon legenda di dunia Motogp, Valentino Rossi, hingga kini artikel itu dibaca kurang dari 1.000 orang. Lumayan lah. 😁

Dekat dengan masa panas politik dalam negeri, saya pun menulis artikel-artikel bertema politik. Namun tentu dengan kedalaman ulasan yang nggak ngeri-ngeri banget apalagi ngeri-ngeri sedap. Maklumlah, intuisi politik saya nggak top-top amir, hehe.

Kata teman, tulisan-tulisan saya tentang Olahraga (Balap) masih lebih mengena daripada tulisan tentang hal lain. Tema lain yang dimaksud --selain politik-- adalah tentang Humaniora, Gaya hidup dan beberapa tentang gaya hidup serta Fiksiana. Entah dia baca semuanya atau tidak, tapi itulah dikotomi tema artikel yang telah saya hasilkan.

Moody dan Ide yang Datang di Mana Saja 

Sebagaimana saldo keuangan tiap bulan, mood dalam menulis pun mengalami pasang dan surut. Meski iramanya tak sesuai dengan irama saldo rekening. 

Saya pun sempat berpikir bahwa setelah perhelatan akbar politik tanah, saya tak akan punya bahan lagi untuk menulis lagi. Karena memang saat itu mayoritas tulisan saya bertema ha itu.

Tapi ternyata tidak. Justru saat ini, artikel beraroma Humaniora mendominasi hasil produksi saya. Dan Balap masih menjadi tema yang everlasting bagi saya, meski akhir tahun hingga awal tahun selalu diwarnai dengan jeda dan hingga kini pun masih terantuk oleh pandemi Covid-19.

Tak jarang, saya kesulitan untuk mengguratkan ide yang bermunculan di kepala ke dalam lembar kosong yang tersedia. Hal itu bisa disebabkan bahwa saat ide itu muncul dengan rentetan kalimatnya, saya sedang tak siap menulis sebab tengah melakukan aktivitas lain. Alhasil, menguaplah dia. 

Ide tulisan pun kadang muncul di tempat yang nggak kira-kira, kamar mandi. Akibatnya tak semuanya tertuang di sini. 

Dan tanpa disadari, kegiatan di Kompasiana telah menggeser praktek-praktek permediasosialan saya selama ini. Bisa dibilang, saat ini ya Kompasianalah media sosial saya. 

Pengakuan ini bukan bermaksud mengambil hati para abang-abang dan mbak-mbak pengurus Kompasian lho ya, beneran. Tapi kalau tulisan saya ini nggak diganjar predikat 'Pilihan' ya kebangetan.

Artikel Diambil Untuk Konten Youtube

Beberapa hari lalu saat sedang berkelana di dunia Youtube, tiba-tiba saya dikejutkan oleh sebuah tayangan yang memiliki titel persis gosis dengan tulisan saya di Kompasiana. Titelnya 'Evolusi Suzuki MotoGP di Era Mesin 4 Tak'. Konten itu sudah disaksikan oleh 59 ribu orang di Youtube.

Salah satu konten Youtube yang menggunakan artikel saya dengan judul artikel yang sama | Dokpri
Salah satu konten Youtube yang menggunakan artikel saya dengan judul artikel yang sama | Dokpri
Wow, bangga sekaligus gimana gitu. Bangga karena tulisan itu dihargai dan didapuk untuk menjadi narasi sebuah konten yang nggak main-main. Tapi merasa sayang karena digunakan tanpa izin.

Setidaknya ada 2 artikel lain yang bernasib serupa. Yakni artikel Balap berjudul Hengkang dari MotoGP, Digdaya di World Superbike yang berganti judul menjadi Para Pembalap yang Hengkang dari MotoGP, dan Meraih Juara di World Superbike (32 ribu tayangan) dan sebuah Artikel Utama bertitel The Magnificent Schwantz yang diberi titel Kevin Schwantz, Pembalap Legenda Suzuki Asal Amerika (20 ribu tayangan) di Youtube.

Jika ditotal, ke tiga video itu sudah dipantau oleh kurang lebih 111.000.000 pemirsa! Padahal ke tiga artikel saya yang dicomot itu dibaca tak lebih dari 1.000 orang. Pilu ya..😥

Tapi, berkat kegigihan adik saya yang notabene adalah seorang akademisi dan telah menelurkan beberapa judul buku, si pemilik channel akhirnya menghubungi saya untuk meminta maaf. Merasa bersalah, dia bersedia menghapus ketiga konten tersebut. Namun saya sarankan saja untuk menulis sumbernya daripada menghapusnya. Dan dia pun bersedia.

Dari situ saya berpikir, Youtube memang tempat strategis bagi pembuat konten untuk menarik minat netizen. Cuma sayangnya, saya tak punya keahlian dalam membuat konten, setidaknya hingga kini. 

Atau justru sebaliknya, saya harus belajar bikin konten? Hmmm..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun