Pada sebuah padepokan tua di suatu negeri, sang mahaguru berkehendak memberikan ujian terhadap 6 murid utamanya.Â
Di pendopo padepokan, keenam murid datang memenuhi panggilan sang guru secara hampir bersamaan. Sesaat kemudian sang guru muncul dari balik pondoknya yang sederhana. Olehnya, keenam murid diminta untuk memilih 1 orang untuk dijadikan rekan satu regunya.Â
Tak lama berselang, terbentuklah 3 regu kecil yang siap untuk menerima tugas dari sang guru.
Kini tibalah waktu sang guru untuk memberikan materi ujiannya. Tertulis dalam secarik kertas dan terbungkus rapi, masing-masing regu menerima dengan rasa penasaran sekaligus kuatir tak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Seolah mengerti perasaan sang murid, sang guru yang sudah sepuh itu tersenyum dan berkata,"Kalian punya waktu semalam untuk menyelesaikan tugas ini. Sekarang carilah tempat sesuka kalian dan kerjakan dengan sebaik mungkin."
Mendengar hal itu, legalah mereka berenam. Sesaat kemudian mereka memberi salam pamit kepada sang guru dan saling berpisah.
Keesokan harinya, mereka berkumpul kembali di pendopo. Empat dari enam murid itu heran melihat penampilan ke dua temannya yang lain. Belum sempat mereka bertanya lebih lanjut, sang guru sudah muncul di hadapan mereka.
Sekilas, pria berambut putih itu pun terkejut melihat penampilan dua muridnya terlihat dari kerutan di dahinya, meski hanya sejenak. Dia pun bersikap tenang dan bertanya,"Adakah kalian sudah mengerjakan apa yang aku minta kemarin?"
"Sudah, guru,"Â jawab ke empat muridnya serentak.Â
"Hmm... Bagaimana dengan kalian berdua? Sudah selesai juga?", sang guru mencoba berbaik sangka.
"Maaf, guru. Kami belum menyelesaikan semua soal yang guru berikan. Ada satu pertanyaan yang belum sempat kami jawab,"jawab salah seorang di antaranya.
Kembali dahi sang guru berkerut. Sejurus kemudian dia bertanya,"Lalu apa yang terjadi dengan muka kalian? Mengapa terlihat kacau?"
Dua murid itu terdiam sambil sesekali melirik satu sama lain.
"Apa ada hal yang tak perlu kuketahui?", sang guru kembali bertanya.
"Maaf guru, bukan bermaksud apa-apa. Semalam kami bertengkar saat mencari jawaban dari pertanyaan guru. Saya dan pulan tak sepakat hingga semuanya berubah jadi gelap,"jawab salah seorang murid memberanikan diri.
"...hmmm, pertanyaan apa yang membuat kalian saling memukul itu,"sang guru penasaran.
"Mengenai wabah, guru..soal bagaimana cara menanganinya,"jawab si pulan.
"..aaah, iya ya ya", sang guru pun manggut-manggut seolah mengerti alasan mereka berdua bertengkar.
Usut punya usut, dua orang murid tadi berasal dari sebuah negeri di lintasan matahari yang bernama Hendunesi. Sebuah negeri yang terkenal dalam menyelesaikan permasalahan dengan bertumpuk-tumpuk perdebatan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI