Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pesan dari Perdebatan Ustadz Zaitun Rasmin dan Ali Mochtar Ngabalin

22 Februari 2020   00:15 Diperbarui: 22 Februari 2020   22:31 3957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Debat Zaitun Rasmin dengan Ali Mochtar Ngabalin di ILC (17/02) | tangkapan layar Tvone

Beberapa malam lalu (17/02), di Indonesia Lawyer's Club (ILC) tersaji perdebatan seru antara Wakil Sekjen MUI, Ustadz Zaitun Rasmin dan tenaga ahli utama Kantor Staf Presiden (KSP), Ali Mochtar Ngabalin. Bermula dari kritik Zaitun kepada Ngabalin yang menggunaan dalil ayat tentang tabayun, balas pantun mereka berdua membuat Karni Ilyas kerepotan menjadi penengah.

Tabayun, Antara Harus dan Tidak
Tabayun menjadi sebuah poin yang disampaikan Ngabalin dalam memberikan pembelaan bagi Ketua BPIP, Yudian Wahyudi. Persoalan yang diangkat tak lain adalah pernyataan kontroversial 'musuh terbesar Pancasila adalah agama' beberapa waktu lalu.

Saya tak akan membahas lagi tentang pernyataan itu karena sebelumnya sudah pernah saya utarakan di tulisan yang lain. Yang saya ingin ketengahkan adalah poin yang disampaikan oleh kedua narasumber tersebut. 

Baik Zaitun maupun Ngabalin, sudah kita ketahui positioning-nya masing-masing. Mengajak penikmat ILC untuk menyelami pendapatnya, Ngabalin menyitir sebuah ayat yang mengetengahkan pentingnya klarifikasi (tabayun), yakni QS. Al-Hujurat : 6)

"Wahai orang- orang yang beriman, jika ada seorang faasiq datang kepada kalian dengan membawa suatu berita penting, maka tabayyunlah (telitilah dulu), agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas dasar kebodohan, kemudian akhirnya kalian menjadi menyesal atas perlakuan kalian."

Tak sependapat dengan Ngabalin yang menggunakan ayat itu untuk kasus Yudian, Zaitun mengkritik keras pria bersorban itu. 

Dia pun mempertanyakan tentang pihak yang disebut 'fasik' oleh Ngabalin sebagaimana yang termaktub dalam dalil di atas. Apakah media yang memberitakan? Ataukah yang lain? 

Zaitun pun mengatakan bahwa pernyataan Yudian sudah gamblang sehingga tak diperlukan lagi klarifikasi. 

Menurut saya, yang jadi masalah adalah melihat pernyataan itu sepotong-sepotong. Jika melihat satu rentet kalimat yang mengatakan bahwa musuh terbesar Pancasila adalah agama, maka benar bahwa kalimat itu berbahaya karena mempertentangkan Pancasila dan agama.

Namun fakta lain yang tak kalah kuatnya adalah kalimat-kalimat Yudian yang justru mengatakan sebaliknya, Pancasila sama sekali tidak beroposisi dengan agama. 

Dalam beberapa kesempatan --dalam video yang sama-- Yudian mengatakan bahwa sila-sila dalam Pancasila itu bersifat relijius dan amat mudah menemukan makna setiap sila dalam semua ajaran agama yang diakui di Indonesia. 

Sehingga dengan begitu sukar untuk menyimpulkan bahwa reliji atau agama merupakan musuh dari sesuatu yang relijius (Pancasila), kecuali ungkapan itu memiliki konteks tersendiri dan tak bisa diartikan secara tekstual.

Jadi, dalam kasus ini, tabayun bukannya tidak perlu. Bahkan harus.

Dangkal Pengetahuan, Banyak Bicara
Rasanya tak berlebihan jika menyebut Ustadz Zaitun Rasmin dan Ali Mochtar Ngabalin sebagai ahli. Karena di kacamata saya, mereka memiliki pengetahuan lebih di bidangnya masing-masing. 

Mengenai perkataan Zaitun tentang 'orang sok tahu', hari ini memang banyak kita jumpai.. dalam hal apa pun. Banyak orang berkata ini dan itu berdasarkan fakta yang setengah-setengah dan ilmu yang cetek. 

Di sekeliling kita pun banyak orang yang dianggap sebagai seorang ahli agama karena mampu menarik simpati audiens saat menyampaikan materi ceramah. Dia disukai, dipuja dan dibela. Lalu dipanggillah mereka dengan sebutan ustadz, dai, gus dan yang sejenisnya. Terlepas dari latar belakang pendidikannya, itu masalah ke sekian.

Jangankan berdalil, cara berbusana seseorang saja kerap kita jadikan sebagai ukuran dalam menakar tingkat kealiman seseorang. Yang pakai jubah dan surban mesti lebih berpengetahuan daripada mereka yang sarungan, misalnya.

Begitu juga tentang tabayun yang disampaikan Ngabalin. Seiring dengan kemudahan mendapatkan informasi, praduga dan fitnah mengalir tak terkendali. Semua akibat alpanya seseorang dalam menggali kebenaran akan sebuah berita. 

Kita lupa jika sebusur fitnah terlepas ke dunia maya maka dia akan dengan mudah tergandakan dan menyerang si tertuduh secara bertubi-tubi. Dan jika pun satu saat nanti si pengirim fitnah sadar akan kekeliruannya dan mengklarifikasi maka itu tak menjamin fitnahnya akan terhenti. Karena bisa jadi apanyang disampaikannya dulu sudah menyebar tak terkendali dan klarifikasi tak menyentuh semua lini.

Maka tepatlah apa yang tersurat dalam kitab suci bahwa sebuah fitnah lebihlah kejam dari pembunuhan. 

Pesan lainnya adalah sikap dalam sebuah perdebatan. Bagi tayangan seperti ILC, perdebatan antara nara sumber mungkin adalah satu hal yang ditunggu-tunggu pemirsa. Dan mereka mendapatkannya di episod kali ini. Zaitun Rasmin jelas terlihat lebih santai dalam menghadapi kondisi itu. Berbeda dengan Ali Mochtar Ngabalin yang menggebu-gebu sampai memotong pembicaraan lawannya. 

Menghormati lawan bicara adalah bagian dari adab berkomunikasi. Menyelanya, apalagi tanpa izin atau meminta maaf terlebih dahuku akan menjadi nilai negatif bagi si pelaku. Memang berat menahan diri dan mendengarkan seseorang berbicara panjang lebar tentang sesuatu yang kita anggap salah. Lebih lagi jika hal itu mengenai diri kita. Namun kesabaran adalah sebuah hal positif yang akan disematkan jika kita bisa menanganinya.

Artikel menarik lainnya :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun