Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Jomblo Itu Pilihan, Bertindak untuk Tak Jomblo Itu Kewajiban

27 Desember 2019   00:16 Diperbarui: 27 Desember 2019   10:21 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Entah sudah berapa lebaran yang telah kulewatkan dengan berkata 'doakan saja segera dapet'. Namun yang pasti, lebaran tahun ini bisa kulalui dengan jawaban santuy, 'Insyaallah tahun ini pakdhe.'

Kasus Pipit sudah inkracht. Aku batalkan program pendekatan karena satu hal. Lalu kenapa aku bisa percaya diri dengan jawaban di atas?

Hal itu karena ada subyek lain yang akhirnya menyulut keberanianku untuk bertindak. Dikenalkan oleh seorang teman, akhirnya aku menjalani sebuah misi pengenalan terhadap seorang wanita. Aku heran, kenapa prosesnya begitu mudah sedari awal. Tuhan mempermudah jalanku dengan meniadakan persaingan.

Namun kemudahan itu tak serta merta mengikis pikiranku yang kelewat panjang dalam mengambil keputusan. Dan akhirnya, wanita itu pun bertindak. Dia mengatakan bahwa aku harus segera mengambil keputusan. Tanpa harus mendengarkannya menyanyikan 'Gantung'-nya Melly Goeslow, aku sudah cukup mengerti apa yang dimaksudkannya. Wal hasil, kukontak orang tuaku dan segera menentukan tanggal sowan ke keluarga si dia.

Jomblo, Yang Mikirnya Kadang Nggak Realistis

Ada hal-hal yang tak realistis yang melapisi cara berpikirku kala itu sehingga terkesan terlalu lama mencari. Bahwa aku tak menerima sepenuhnya hukum alam. 

Hukum alam berkata bahwa secantik-cantik wanita, suatu saat akan terlihat biasa saja juga. Entah pada pengamatan yang ke seribu atau sekian ribu.

Cantik itu relatif, meski tetap ada nilai dasar yang disepakati oleh semua pihak untuk dapat seragam dalam mengatakan cantik atau tidak. Cantik pun tak abadi yang bisa pudar karena menua misalnya atau dalam arti terkesan biasa saja karena sudah sering bersama. 

Dan kita tak mungkin mencegah orang lain untuk tampil indah di luar sana. Wong kadang wanita yang bekerja itu berdandan wah justru saat nggak di rumah. Realita seperti itu tak mungkin dapat ditepis. Namun yang terpenting adalah menjadi hati agar tetap terkendali dan menambatkannya di rumah.

Tak semua kisah memiliki nilai romantisme tinggi ala sinetron-sinetron Korea. Karena realita tak selalu menyajikan keindahan, namun juga permasalahan hidup. 

Kadang kita berpikir bahwa pacaran itu dalam rangka mengenal pasangan. Tapi berapa persen dari sekian banyak hal yang bisa digali dari sebuah aktivitas bernama pacaran itu? Yakin seluruhnya? Atau hanya berkisar 40% atau 55% ? Apakah makin lama proses pendekatan, semuanya akan tergali juga?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun