Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Zakir Naik, Salafi dan Kontroversi

18 Agustus 2019   19:12 Diperbarui: 19 Agustus 2019   06:12 2385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Syekh Ahmad Deedat (berjenggot putih) yang mrnginspirasi Zakir Naik, meski dalam beberapa hal mereka berbeda, diantara yang terdokumentasikan adalah mengenai perayaan Maulid Nabi. Di sampingnya adalah ulama kenamaan Saudi yang juga keturunan Rasulullah, Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki al-Hasani. Beliau adalah pengarang kitab fenomenal


Namun anggapan bahwa ahli debat asal India itu menganut paham Salafi justru dibantahnya dalam sebuah dialog. Dalam pernyataannya, dia pun membuka fakta tentang adanya perpecahan di tubuh Salafi dimana di antara mereka kerap saling menyalahkan satu sama lainnya. 

Dalam menyikapi Zakir, sebuah institusi pendidikan agama terkemuka di India, Darul Ulum Deobandi mengelurkan fatwa bahwa Zakir Naik adalah seorang yang tak memiliki pengetahuan mendalam dalam hal agama.

Dia disebut sebagai seorang ghair muqallidin yakni seseorang yang tak mengikuti salah satu mazhab diantara 4 mazhab yang masih eksis hingga kini (Hanafiyah, Malikiyah, Syafi'iyah dan Hanabilah). 

Dikatakannya bahwa seharusnya muslim tidak terpecah belah dalam berbagai macam sekte karena hal itu adalah larangan dalam al-Quran. Padahal menjadi seorang pengikut salah satu paham bukan berarti menafikkan pemahaman dari mazhab lainnya dan menganggap yang lain keliru. Mazhab hanyalah sebuah jalan yang dirintis oleh para imam/mujtahid dalam memahami al-Quran dan al-Hadits. Sehingga mengikuti imam mazhab pada hakekatnya pun adalah mengikuti rasulullah yang membawa risalah.

Namun bagaimanapun juga, bagi muslim pada umumnya, Zakir Naik tetap dianggap sebagai seorang jenius agama yang patut diikuti perkataannya, tak terkecuali di Indonesia. Meski pemikirannya menyelisihi pemikiran sekian banyak ulama yang lebih mu'tabar dari dirinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun