Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

There is Such Thing as a Free Lunch

30 Mei 2019   07:24 Diperbarui: 30 Mei 2019   14:33 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka yang ada di cerita di atas adalah orang-orang yang kuasa memberikan makan gratis saat banyak orang mengharapkan keuntungan dari makan siang yang diberikannya. Mereka lebih memilih untuk mendapatkan keuntungan moril yang tak dapat diindera daripada materi semata. 

Dengan materi, orang dapat mendamaikan hatinya. Mereka rela mengeluarkan sebagian harta atau tenaganya untuk mendapatkan sesuatu yang menjadi keinginannya, baik itu berupa tempat tinggal, kendaraan, perhiasan atau hal-hal lain yang sejenis. Dan kepuasan batin mereka datang bersamaan dengan datangnya itu semua. Mereka akan merasa lega dan senang saat melihat tempat tinggal idamannya, kendaraan yang diangankannya atau perhiasan yang melekat pada dirinya.

Namun kadang kala, ada pula orang yang mendapatkan kenikmatan batin dengan mengeluarkan sebagian yang dimilikinya baik harta maupun tenaga meski semua itu tak kembali padanya dalam bentuk materi yang memuaskannya. Hatinya justru ditenangkan oleh pengorbanan yang tak terbalaskan oleh pihak lain.

Kang Sodik -- pemotor yang membantu mendorong motor saya--, wanita pecinta kucing dan Anton Budi adalah sosok yang berusaha dan berhasil mengesampingkan keuntungan material atas apa yang dilakukannya. Tenaga dan harta yang mereka keluarkan tak lantas diharapkannya untuk kembali padanya dalam bentuk lain yang memuaskan hatinya. 

Banyakkah orang seperti mereka?

Saya yakin mereka adalah beberapa orang di antara sekian banyak orang yang mengesampingkan timbal balik inderawi atas perbuatan baiknya. Masih banyak orang baik di sekeliling kita meski kita tak mendengar tentang mereka. Mungkin media terlalu banyak menyajikan berita perseteruan antar anak manusia dan kelompok. Atau kita yang menyengaja hanya berkutat di wilayah yang tengah menjadi area panas dalam hubungan antar sesama.

Menjadi baik bagi diri sendiri adalah pilihan. Menjadi bermanfaat bagi orang lain pun adalah sebuah pilihan. Dan memilih menjadi orang yang menghadirkan manfaat luas bagi lingkungannya adalah sebuah kebaikan yang utama di penglihatan Tuhan, pun di mata manusia. 

Tinggal hati yang menggerakkan jasmani untuk mewujudkan kemaslahatan itu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun