Kejadian 1. Beberapa waktu lalu, saat pulang kantor, motor saya bermasalah sehingga harus ditangani dengan metode Flinstone.... alias didorong. Sedangkan saat itu jarak ke rumah masih sekitar 4,5 km lagi, bukan jarak yang sedikit apalagi dibebani dengan sebuah skutik 125 cc yang lagi ngambek.Â
Merasa tak mungkin membawanya pulang, saya berencana untuk menitipkannya di suatu tempat (entah dimana) untuk diambil keesokan harinya yang pas hari libur.Â
Baru beberapa meter menuntun si skutik, muncullah seorang pemotor dari arah belakang dan menawarkan diri untuk membantu mendorong motor saya. Tanpa pikir panjang, saya pun bersedia menerima bantuannya.
 Tak dinyana, pemotor tadi --yang ternyata berasal dari daerah yang sama dengan saya-- mendorong motor mogok yang saya naiki sampai ke rumah. Meski sejatinya tempat dia tinggal berada sekitar 1 km sebelum rumah saya, yang dilihat dari efisiensi waktu dan tenaga jelas hal itu merugikannya.
Kejadian 2. Setiap pagi selepas memarkir motor, saya berjalan menuju tempat kerja dengan melewati sebuah warung makan sederhana di ujung gang parkiran. Suatu pagi dari bibir gang, saya lihat seorang wanita yang tengah membuka sebuah bungkusan yang kemudian diletakkannya di atas tanah. Tak lama kemudian, datanglah beberapa ekor kucing sambil mengeong. "Ini dia, sarapanku telah datang," mungkin kalimat ini terjemahan meongan si kucing.
Bukan kali itu saya saya jumpai kejadian itu. Entah sudah berapa kali, wanita itu berbagi kepada makhluk lain yang berkata terima kasih saja tak bisa.Â
Kejadian 3. Baru-baru ini, terpampang di media daring kisah seorang pengemudi ojek online (ojol) yang tetap mengantarkan makanan yang dipesan seorang pelanggan meski baru saja kehilangan sepeda motornya.Â
Anton Budi --nama pengemudi ojol itu-- tetap pada tugasnya untuk mengantarkan pesanan yang sudah dibelinya. Sempat bingung atas kejadian yang menimpanya, Anton tak lantas kehilangan rasa tanggung jawabnya terhadap pesanan pelanggan.
Tak dinyana, aksinya itu membuahkan "kembalian" yang berlipat ganda karena si pemesan makanan menginisiasi donasi lewat media online yang ditujukan untuknya. Lebih dari 2.500 orang turut bersimpati dan menyumbang hingga nilai donasi yang ditargetkan jauh terlampaui bahkan sampai 5 kali lipatnya.Â
Makan Siang Gratis
Mereka yang ada di cerita di atas adalah orang-orang yang kuasa memberikan makan gratis saat banyak orang mengharapkan keuntungan dari makan siang yang diberikannya. Mereka lebih memilih untuk mendapatkan keuntungan moril yang tak dapat diindera daripada materi semata.Â
Dengan materi, orang dapat mendamaikan hatinya. Mereka rela mengeluarkan sebagian harta atau tenaganya untuk mendapatkan sesuatu yang menjadi keinginannya, baik itu berupa tempat tinggal, kendaraan, perhiasan atau hal-hal lain yang sejenis. Dan kepuasan batin mereka datang bersamaan dengan datangnya itu semua. Mereka akan merasa lega dan senang saat melihat tempat tinggal idamannya, kendaraan yang diangankannya atau perhiasan yang melekat pada dirinya.
Namun kadang kala, ada pula orang yang mendapatkan kenikmatan batin dengan mengeluarkan sebagian yang dimilikinya baik harta maupun tenaga meski semua itu tak kembali padanya dalam bentuk materi yang memuaskannya. Hatinya justru ditenangkan oleh pengorbanan yang tak terbalaskan oleh pihak lain.
Kang Sodik -- pemotor yang membantu mendorong motor saya--, wanita pecinta kucing dan Anton Budi adalah sosok yang berusaha dan berhasil mengesampingkan keuntungan material atas apa yang dilakukannya. Tenaga dan harta yang mereka keluarkan tak lantas diharapkannya untuk kembali padanya dalam bentuk lain yang memuaskan hatinya.Â
Banyakkah orang seperti mereka?
Saya yakin mereka adalah beberapa orang di antara sekian banyak orang yang mengesampingkan timbal balik inderawi atas perbuatan baiknya. Masih banyak orang baik di sekeliling kita meski kita tak mendengar tentang mereka. Mungkin media terlalu banyak menyajikan berita perseteruan antar anak manusia dan kelompok. Atau kita yang menyengaja hanya berkutat di wilayah yang tengah menjadi area panas dalam hubungan antar sesama.
Menjadi baik bagi diri sendiri adalah pilihan. Menjadi bermanfaat bagi orang lain pun adalah sebuah pilihan. Dan memilih menjadi orang yang menghadirkan manfaat luas bagi lingkungannya adalah sebuah kebaikan yang utama di penglihatan Tuhan, pun di mata manusia.Â
Tinggal hati yang menggerakkan jasmani untuk mewujudkan kemaslahatan itu.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI