Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wahabi, Sebutan yang Terdistorsi

25 Desember 2019   22:35 Diperbarui: 16 Maret 2024   09:13 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wahabi adalah sebuah istilah dalam khazanah per-mazhab-an yang bersifat definitif sekaligus distortif. 

Bersifat definitif karena sebutan itu faktanya dan diakui secara luas tertuju kepada para penganut ajaran Syekh Muhammad bin Abdul Wahab al-Najdi yang muncul pada abad ke-18 Masehi dan kini menjadi "mazhab resmi" Kerajaan Saudi. Distortif karena kini muncul pembelaan yang menjauhi fakta karena  mengatakan sebutan itu bukan untuk kaum yang kini menyebut dirinya Salafi. 

Wahabi/Salafi dan Paradigma Anti Bid'ah

Pembelaan terhadap Wahabi atau Salafi bukan hanya datang dari kelompok itu sendiri. Pembelaan itu datang dari rasa simpati karena menilai Wahabi sebagai gerakan yang berupaya mengembalikan kemurnian Islam tapi justru dituding sebagai masalah oleh orang-orang Islam sendiri. 

Kemiripan paradigma gerakan Wahabi kerap menjadikan golongan lain sebagai tertuduh. Sebutlah Muhammadiyah yang kerap dituding memiliki gen Wahabisme karena pandangannya mengenai bid'ah, khurafat dan tahayul.

Tokoh Muhammadiyah, Prof. Yunahar Ilyas menyebut bahwa ide-ide Muhammmad bin Abdul Wahab khususnya dalam bidang akidah memang memberikan pengaruh kepada pendiri persyarikatah Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan. Kendati Muhammadiyah tidaklah berafiliasi mazhab kepada Wahabiyah*. Selain Muhammad bin Abdul Wahab, pemikir Islam modern seperti Muhammad Abduh yang asal Mesir dan pengarang kitab al-Manar, Rasyid Ridha pun disebutnya sebagai inspirator lain bagi Kiai Dahlan.

Namun pengaruh Wahabiyah tak selamanya terlihat dari praktek peribadatan warga Muhammadiyah saat ini. Sedikit contoh perbedaan keduanya diantaranya dalam penentuan awal Syawwal dimana Muhammadiyah menggunakan dengan metode hisab sedangkan Wahabi dengan ru'yatul hilal. 

Rakaat Tarawih pun berbeda, Muhammadiyah menganut 8 raka'at (+3 witir) sedangkan Wahabi justru sama dengan orang-orang NU yang 20 rakaat (+3 witir). Lalu dalam menentukan hukum perayaan Maulid, Majlis Tarjih Muhammadiyah menyatakan kebolehan atasnya,berbeda dengan para ulama Wahabi yang menghukuminya sebagai bid'ah.

Polemik Kekinian Tentang Sebutan "Wahabi"

Mubarok Ba' Muallim, pimpinan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ali bin Abi Thalib, Surabaya angkat bicara mengenai tuduhan Wahabi. Pria lulusan Gontor itu mengatakan bahwa julukan Wahabi diciptakan oleh Inggris yang ditujukan kepada pemeluk Islam yang hendak kembali kepada tuntunan Rasulullah*.

Hal yang kurang lebih sama dinyatakan seorang dai lulusan Universitas Madinah, Saudi, Khalid Basalamah. Menurutnya, Wahabi adalah sebutan yang diciptakan oleh Syiah yang berupaya menjauhkan umat Islam dari pemahaman ahlussunnah wa al-jamaah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun