Mohon tunggu...
Mas Imam
Mas Imam Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

..ketika HATI bersuara dan RASA menuliskannya..

Selanjutnya

Tutup

Drama Pilihan

Kodok Melompat Berapa Kali?

14 Januari 2016   12:06 Diperbarui: 20 Januari 2016   13:18 1271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebijaksanaan hidup bisa datang kapan saja, dari siapa saja, bahkan dari kodok sekalipun. Seperti halnya ku terus teringat kebijaksanaan yang dituturkan oleh Kyai Difaun dari Pondok Pesantren Ahlul Fiksianah Karomah (PP-AFK) tujuh tahun yang lalu.

-----

Kami berlima; aku dan keempat teman kuliah akan memulai Kuliah Kerja Nyata (KKN). KKN tematik, yakni KKN dengan misi khusus. Dalam hal tersebut, misi kami mengusahakan PP-AFK dapat tumbuh berkembang baik. Targetnya, minimal dapat memberikan rancang gerak untuk lima tahun ke depan, dengan indikator keberhasilan menjadi PP terbaik se Kecamatan.

Sebelum menginap selama 60 hari dan beraktifitas di Pondok Pesantren tentu kami harus kulonuwun dengan Kyai selaku pemilik Pondok.  Kami pun  memperkenalkan diri. Sarwo Pleci, temanku yang paling tua memperkenalkan kami satu-persatu lengkap beserta asal Jurusan. Suaji Danarhadi jurusan sosiologi, Andri Kalemsu jurusan teknik sipil, Dosmantil jurusan teknik mesin, dan namaku pun disebut plus jurusanku tata boga.

"Siapa dan maksud kehadiran kami disini nantinya kurang lebih seperti itu Kyai". "Dengan kerendahan hati, kami mohon restu dan wejangan Kyai" tutup Sarwo dengan sedikit kikuk mengakhiri perkenalan.

Kyai Difaun tersenyum teduh. Nampak matang dan tahu benar sebuah pembicaran perlu jeda, Kyai mempersilahkan menikmati minuman. Teh manis buatan istri Kyai, Nyai Biyastri, kami sruput. Begitu gelas kembali pada lepek, dan punggung kami kembali bersandar pada kursi kayu, maka Kyai pun memulai pembicaraan.

"Silahkan saja, kami senang menerima tamu,.. dan tidak ada wejangan. Wejangan? hahaha.. kayak saya seorang pejabat saja. Anggaplah rumah dan jangan lupakan sholat"  tawa tutur Kyai.

"Maaf andai-diandai kami tamu bertamu, maka bahagia kami berbunga-bunga apabila dapat wejangan dari Kyai" mohon Dosman dengan gaya bicaranya yang khas. Kamipun tertunduk lesu ketika Dosman memohon itu pada Kyai.

Tanpa disangka Kyai menanggapinya: "Baiklah, namun saya hanya akan bertanya saja. Hal sepele. Lebar sungai dari pinggir tepi ke tepi lainnya enam meter. Satu kali lompatan kodok sejauh satu meter. Berapakah lompatan yang dibutuhkan kodok menyeberanginya?"

Kami berlima, antara kaget, bingung, dan merasa aneh dengan pertanyaan Kyai. Dosman merasa itu pertanyaan basa-basi ramah tamah. Dengan ringan langsung menjawab: "maaf Kyai, jelas enam lompatan. Enam meter dibagi satu sama dengan enam".

Kyai asal Depok itu hanya tersenyum tipis: "Bukan itu jawabnya Nak Dosman". Nyai Biyastri pun turut tersenyum sembari memandang kami seolah mengundang jawaban yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun