Pesanan peti kematianku sendiri,.. pesanan yang kubuat tidak dengan catatan pembukuan.. tidak ada gunanya, tidak ada guna lagi masalah untung rugi. Delapan bilah jati kualitas utama untuk peti seorang pembuat peti sejati..
Kehidupan alam kubur adalah kehidupan yang sepi, redup tiada terang, jauh dari nyaman,.. namun setidaknya aku lebih nyaman.. bagaimana tidak.. kematian ini telah ku siapkan jauh-jauh hari.. setidaknya ku berpunya bekal yang terbawa sampai mati,.. peti alasku sekarang ini..
Malaikat datang kali kedua lebih cepat dari yang ku duga; Ia bertanya padaku..
Siapa Tuhanmu?. Lantas jelas ku jawab: "Yang menciptakan kehidupan juga kematian semua makhluk, termasuk hidup dan matiku".
Siapa Nabi..? Tukasku: "Dia manusia terbaik dari manusia yang ada, terbaik dari seluruh makhluk kepunyaan-Nya, dia kekasih-Nya".
Malaikat terdiam, diam namun juga belum melangkah pergi. Lantas ku bertanya padanya, "Kenapa tidak kau sambung tanya amalanku di dunia?. Pelan namun terang terdengar, Malaikat menjawab: "Tak perlu lagi ku tanya itu padamu, tak perlu ku tanya pada manusia yang selalu ingat mati tiap hari". Tidak menjawab namun itulah jawabannya.
Tertunduk Malaikat lirih berujar, "Ku yakin engkau pun tahu kenapa ku tak bersemangat menemuimu, terlebih bertanya padamu, karena kau tahu itu."
"Kau juga tahu ada satu kurangmu namun itu juga bukan salahmu,.. tak ada guna lagi ku bertanya padamu" tutup Malaikat masih tertunduk.
"Ya benar aku tahu itu" dalam gumam batinku. Meski enggan ku katakan, namun harus ku katakan untuk mengakhiri jengah pertemuan ini. Ku beranikan diri tuk katakan padanya, kepada Malaikat.. "Meski kau petinggi langit,.. kau pun sama, kau yang terakhir, kau akan mati.. dan maafkan aku tak bisa membuatkan peti mati untukmu"...
Aku kembali diam, malaikat pergi, dan hening sepi datang meruang kembali..
                                                   ***