Api tak lagi menari,.. pamit asap menguap pergi
Gambut rata binasa,.. kosong tatapan tersisa
Guyur hujan luruhkan ingatan,.. hayutkan kesadaran
Satu dua bulan berselang,.. tiada lagi mengenang
----
Semua lupa untuk kembali, tuk mengganti lestari
Semua seolah pergi, kabar ini tiada yang mencari
Tak ada lagi urusan, tak perlu mencari siapa pembakar hutan
Ternyata tuju ratap tangis itu bukan untukku, hanya sebatas dangkal keluh hidupmu
----
Ragam hayati tinggal cerita,.. lapang hamparan pasrah menerimanya,..
Pasrah menerima segalanya,.. segalanya..
Kini mereka datang kembali,.. bukan dengan minyak dan api..
Mereka datang dengan ribuan,.. ribuan bibit sawit serupa seragam..
----
Bukan ini kondisi ku pinta,.. tiada suka pada mereka,..
Dalam banjar kaku,.. mereka berderet membisu..
Hadir bukan tuk menemaniku,.. namun melayani rakus kuasa keinginan..
Ya, mereka sebatas tamu,.. tamu tanpa undangan rinduku..
----
Apakah bencana masih teringat terbaca olehmu?
Apakah kabarku kini masih menjadi pedulimu?
Â
                                       ***
Membuka Ingatan, Menggungah kesadaran. Berharap Bencana Asap tiada lagi terulang di tahun depan, berharap alam kembali lestari.
_________________________________________
Tulisan/Sajak/Puisi lainnya terkait Bencana Asap:
Asap Itu Adalah Kabar Kematianku!
Orang Utan Bermasker Mengutuk!
_________________________________________
Sumber ilustrasi foto (bagian bawah; bagian atas dari GreenPeace) olah foto oleh penulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H