Kalian berkumpul, serupa dalam bendera. Berkoar tanpa nalar, berpikir cekak sebatas pekak.. pekak raungan kendaran,..
Berjalan bersama kawanan, melintasi jalanan seolah rimba belantara. Rimba tanpa hukum berlaku, aturan kalian pinggirkan. Berkacak seolah penguasanya.. padahal jelas bukan.
Mungkin bermaksud menyuarakan keberadaan, menikmati sukacita Pemilihan, menyampaikan pesan harapan baru telah tiba..
----
Tlah hilang damai-hari, ntah kemana dia berlari. Berlari hindari kehadiran kalian. Ketakutan kala bertemu,.. bahkan sekedar dengar suara kalian itupun adalah gangguan,..
Hening teduh Rumah Sakit berganti keluh, khidmat sholat minggat, khusyuk misa tinggal cerita..
----
Baiklah, kalian ingin ku menatapmu,. dan inilah tatapku..
Kalian salah, bukan puji tersaji, namun sumpah serapah tertumpah..
Kalian telah membuang waktu,.. waktumu, waktuku, waktu kita semua. Membuangnya dalam laku tiada guna..
Sukacita pesan kalian tidak tertangkap. Tenang damai menguap, menyisakan ketakutan pengguna jalan..
Kehadiran dan polah perilaku kalian hanya memperjelas,.. memperjelas bahwa Pemilu, Pilkada, dan Pemilihan-pemilihan lainya tak jauh beda dengan masa sebelumnya..
----
Jelas, atau masih kurang? Atau ku perlu meraung lebih garang?.. Lebih garang tuk menindih norak pekak raungan kalian!
                                                      ***
____________Â
Sajak lain terkait tema politik, beberapa diantaranya: Ketika Lelah Bersuara| Kalian Pengutil.. bukan Wakil!| Kenapa, Apakah Tersandera di Istana?| Titahmu Untuk Dirimu!| Lumpur Fitnah Amarah| Sepi Meski Serentak Bersama| Ahok Bukan| Engkaukah Itu Calon Pimpinan KPK| Monyet: Dasar Monyet!| Tikus Bertopeng Kucing,..
sumber ilustrasi foto 1, 2, 3, 4, 5, 6 (olah foto olah penulis). Tidak bermaksud menyudutkan partai politik tertentu, murni sebatas keperluan foto. Fokus pada perilaku simpatisan/pemilih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H