Mohon tunggu...
Mas Imam
Mas Imam Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

..ketika HATI bersuara dan RASA menuliskannya..

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fabel] Cerita Raja Rayap

7 November 2015   03:41 Diperbarui: 7 November 2015   10:08 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

-----

Dunia atas; matahari mulai mengulur sinar.. terhalang gelayut awan abu kehitaman,.... masih gerimis..

Joko terlihat membolak-balik Kitab usang berisikan catatan-akhir sebuah awal perjalanan serupa para leluhur. Dan tepat pada halaman terakhir untuk kali ketiga, dengan kalem Joko berujar: “Kawan-kawan, ini saat yang sama ketika leluhur mengalaminya, saat mereka berangkat. Dan sekarang pun kita berangkat!”. Pembacaan Joko atas pagi itu sama yang tertulis dalam Kitab Filsafat Sangkaduga. Tertulis: “Temaram cahaya merata menerang. Hening.. sesekali samar terdengar sahutan kokok ayam. Jangan meragu,.. kokok ayam tidak merusak hening.. bebunyian itu malah meng’ada’kan tajam keheningan. Rasakan hening segenap hati, jangan sebatas gendang telinga. Air mengalir tidak deras.. juga tiada pelan. Rasakan hangat,.. rasakan segenap tulang jiwa, jangan sebatas rapuh kulit”. Joko dan ratusan pengikutnya pun mulai bergegas mendayung,..

-----

Dunia atas; Sekarang gerimis benar-benar habis. Tersisa air dalam banyak serak kubang.. sedikit manja terik mulai terasa,..

Aminah, sudah tiga jam selepas subuh berusaha menenangkan pasukan. Pasukan yang tiada sabar tuk bersegera mendayung, mengejar, dan menatap cahaya. Kini tiba saat Aminah memberikan aba-aba keberangkatan: “Jangan pernah tiru Tegar, jelas ngawur! Ketakutan telah membunuh akalnya!. Sio juga sama, terlalu terburu, belumlah matang!. Sedang Joko dan pasukannya, percaya leluhur tanpa ada bukti adalah serah bunuh diri!. Sekarang saatnya, saat hangat sebenar hangat, saat atap seolah terpasang cuil-cuil bintang, saat sisa kucur air masih mengalir, saat kita hening kala SEDIKIT dan BERBEDA, bukankah bahagia dan kebenaran berada pada keduanya(?)!. Kawan setiaku, kita berangkat sekarang!!

__________________________________

Sabtu,.. selepas isyak;

Tegar dan pasukannya muncul. Gagap, terbang terberai seolah huru-hara. Kabur terbawa deru laju kendaraan malam. Mengangkasa menuju cahaya kilat petir.. putus asa di tengah jalan. Menuju hangat lampu bolam.. tak lama kemudian padam. Menuju lampu neon, bingung tercekat.. pendar cahaya tanpa hangat. Semua tewas dalam kebenaran yang mereka yakini..

Minggu,.. awal subuh;

Sio dan pasukannya tiba,..Ternyata sahutan kokok ayam yang Joko dengar sebelum berangkat adalah suara girang kawanan ayam menyantap Sio dan koleganya. Sebagian yang lolos pembantaian, lelah mengejar timur tiada ujung!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun