Mohon tunggu...
Mas Imam
Mas Imam Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

..ketika HATI bersuara dan RASA menuliskannya..

Selanjutnya

Tutup

Drama

abdiku pada Sri dan Ruci..

16 Oktober 2015   09:42 Diperbarui: 6 Januari 2016   21:09 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 

Tiada lagi daya melawan serbu beras dari negeri seberang,.. dimana beras adalah komoditas, padi dipaksa tumbuh berteman rekayasa melawan musim, dimana tanah diperkosa tuk melahirkan tanaman-tanaman yang enggan dikehendakinya, dimana deru mesin traktor mengumbar nafsu, mesin penanam adalah sipir penjara, dan mesin pemanen menjadi algojo akhir cerita.

________________________________________________

Sri,.. Betapa berat laku kebaikan ini, disaat kami perlakukan padi, jagung, dan tanaman lain seperti diri kami sendiri. Betapa berat laku kebaikan ini, kala tanah kami jamah seperti halnya mengusap kulit daging tubuh sendiri.

Tiada lagi daya melawan serbu beras dari negeri seberang,.. dimana beras adalah komoditas, padi dipaksa tumbuh berteman rekayasa melawan musim, dimana tanah diperkosa tuk melahirkan tanaman-tanaman yang enggan dikehendakinya, dimana deru mesin traktor mengumbar nafsu, mesin penanam adalah sipir penjara, dan mesin pemanen menjadi algojo akhir cerita.

-----

Ruci,.. Betapa berat laku kebaikan ini, kami lempar jaring hanya sejauh daya tenaga menjangkaunya, ketika para ikan kami anggap sebagai anak-anakmu, dan samudra kaulah berpunya.

Tiada lagi daya melawan kepung sergapan mereka, ketika mereka berlayar secepat teknologi, menjaring sejauh imaji rakus. Mereka sekap, belah, dan olah para ikan dalam lambung kapal, kembali ketepian sudah siap menjadi sajian. Ikan dianggap sebatas barang dagangan, dan tiada santun seolah samudra tiada empunya.

Hingga ke tepian sisa, kami olah garam. Kami garu dengan sahaja tenaga, itupun tiada mampu bersanding dengan garam tanpa nyawa.. garam industri..

-----

Jelas, kami terdesak, lapar, dan kalah. Abdi kami padamu Sri padamu Ruci tiada lama lagi akan menginjak akhir babak.

Maaf dan pengampunan kami haturkan,.. tiada bisa menjalankan peran dengan sempurna. Lebih banyak manusia yang masih kelaparan, teramat luas kerusakan di bumi, dan maaf atas keseimbangan alam telah pecah terbanting.   

-----

                ttd

Petani dan Nelayan Mu

______________________________________________

akan menulis Hari Pangan, namun ditengah rimba pemikiran selalu saja teringat person penghasil pangan di negeri ini.. yakni Petani dan Nelayan.

sumber ilustrasi foto.

Silahkan saja menukil atau meng-copy-paste tulisan ini, namun dengan kerendahan hati wajib menyertakan nama penulis/pengarang (Imam Muttaqin) berikut sumber/link tulisan ini. Maturnuwun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun