Petang ini kubuka kompasiana setelah lama tak mengunjunginya. Hal yang biasa aku lakukan tentu saja melihat topik pilihan. Selain ingin tahu topik hangat yang sedang dibicarakan, melihat topik pilihan sering kali membawa ide untuk menulis.Â
Seperti kali ini contohnya. Banyak topik pilihan yang disedikan kompasiana, namun aku tertarik pada persoalan kecemasan. Hal ini menjadi menarik karena tidak jauh dari apa yang kadang aku rasakan.Â
Kecemasan, berasal dari kata cemas yang dalam kbbi bearti gelisah, tidak tenteram hati. Aku berusaha mencari penyebat dari sebuah kecemasan. Menurut alodokter kecemasan bisa berasal dari pengamalan negatif yang menyebabkan stres atau trauma psikologi, keturunan, gangguan kepribadian, efek samping obat, atau bisa juga karena penyakit tertentu. Setelah mencari tahu penyebab kecemasan, aku mencari tahu perihal dampak dari kecemasan. Hasilnya sebagai berikut:
1. Mengganggu sistem saraf.
2. Meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
3. Menyebabkan masalah pencernaan.
4. Melemahkan sistem imun.
5. Menyebabkan masalah sistem pernafasan.
Sumber: halodoc.
Setelah melihat dampak dari kecemasan itu aku mulai bertanya pada diri sendiri, apakah aku pernah mengalami cemas? Mulai dari tidak bisa tidur, sampai pernah sakit. Tentu saja menilai diri sedang cemas atau tidak itu susah, dan apalagi kalau sampai mendiagnosa diri macam-macam. Aku terdiam untuk beberapa saat.Â
Akhir-akhir ini pola tidurku sudah mulai tidak karuan. Sering begadang, main game, buka media sosial. Begitu terus. Â Apakah aku bahagia? Ternyata tidak. Sebaliknya aku merasakan sebuah kecemasan. Sedikit demi sedikit ternyata apa yang aku dengan dan aku lihat mulai mempengaruhi kondisiku.
Sampai pada ketika aku membaca beberapa buku. Salah satunya dari Steven Covey. Dari buku tersebut yang paling aku ingat adalah soal lingkaran pengaruh. Apa itu? Ternyata dalam hidup ini kita berada di beberapa lingakarang. Misalnya saja lingkarang pengaruh dan lingkaran kepedulian.Â
Lingkaran pengaruh adalah dimana disanalah kita bisa mempunyai kekuatan untuk merubah. Sedangkan, lingkaran kepedulian adalah saat dimana kita hanya bisa peduli tetapi kita tidak bisa/tidak mempunyai kekuatan untuk merubah. Â
Contoh kecil lingkaran pengaruh adalah diri kita sendiri, hal-hal yang bisa kita kendalikan. Misalnya kecerdasan, tentu saja kita bisa mengasahnya terus menerus. Sedangkan lingkar pengaruh adalah penilaian dari orang lain.Â
Ternyata dengan memahami soal apa yang bisa kita kendalikan (pengaruh) dan tidak bisa kita kendalikan (kepedulian) membuat hati menjadi tenang.Â
Dalam sebuah video Gus Sabrang menganalogikan itu dengan perihal naik motor. Dimana kalau kita naik motor sebagai yang nyetir tentu saja itu adalah lingkaran pengaruh.Â
Kita bisa menentukan kemana arah tujuan kita, kita berkuasa untuk menjalankan atau memberhentikan. Lanjut gus Sabrang, adakalanya kita sebagai penumpang, dimana saat itu kita hanya bisa mengingatkan si sopir.Â
Jadi, untuk apa kita menghabiskan energi untuk memikirkan sesuatu yang bukan kendali kita? Tentu saja boleh, namanya juga perhatian! Tapi, ingat hanya cukup jadi perhatian. Lebih baik kita fokuskan untuk sesuatu yang dapat kita kendalikan. Kita fokus memperbaiki diri, itulah yang bisa kita lakukan.Â
Jangan capek mencemaskan masa depan dan meratapi masa lalu. Kita hidup di dunia sekarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H