Mohon tunggu...
Analisis Pilihan

Jelang Pemilu, APK Jadi Penyumbang Sampah Visual Terbesar di Yogyakarta

27 Maret 2019   23:39 Diperbarui: 27 Maret 2019   23:57 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://nusantara.medcom.id 

Bukan Zamannya Lagi Bikin Sampah Visual

Hadirnya era industri 4.0 yang serba teknologi canggih seharusnya juga membuat para caleg berganti strategi kampanye.

Jika dahulunya APK dibuat dalam bentuk cetak, maka bagaimana caranya  caleg-caleg tersebut beralih serba digital.

Dilansir dari KRjogja.com, CEO Syafaat Marcomm Andika Dwijatmiko mengatakan bahwa saat ini bukan lagi zamannya berpromosi dengan bahan cetak yang menimbulkan sampah visual. Menurutnya, hal tersebut sangat lah tidak efektif. Sebab, gaya hidup masyarakat sendiri saat ini sudah tidak bisa terlepas dari gawai.

Andika pun menyarankan, promosi sebaiknya lebih gencar dilakukan di media sosial. Melalui aplikasi itulah dinilainya akan lebih banyak masyarakat yang terpapar informasi.

"Orang-orang juga pada enggak ngelihat poster, kan sekarang yang pada dilihat gadget," - CEO Syafaat Marcomm, Andika Dwijatmiko.

Kapok, Jogja Garuk Sampah Pilih Tutup Mata Soal APK

Jogja Garuk Sampah merupakan gerakan sosial yang bergerak di bidang lingkungan. Setiap Rabu malam, gerakan ini selalu memungut sampah-sampah yang mengotori Kota Yogyakarta.

Pada awalnya, gerakan yang mulai berdiri sejak akhir tahun 2015 tersebut hanya fokus memungut sampah rumah tangga. Namun, para relawan merasa permasalahan sampah visual juga tidak bisa di diamkan begitu saja. Akhirnya, mereka pun mulai memungut sampah visual berupa poster, banner, spanduk, dan rontek.

Empat tahun sudah perjalanan Jogja Garuk Sampah berlalu. Berbagai ragam kisah pun mewarnai jalannya gerakan ini. Ditemui di kediamannya, Koordinator Jogja Garuk Sampah Bekti Maulana mengungkapkan, pengalaman pahit seperti mendapat ancaman bahkan pengroyokan pernah menimpa relawan.

Hal itu lah yang akhirnya membuat Jogja Garuk Sampah memilih untuk menutup mata terkait sampah visual APK yang ada di Yogyakarta. Menurut Bekti, kasus tersebut biarlah pihak berwenang saja yang membersihkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun