Dari situlah, saya menarik kesimpulan bahwa ketika gejala---yang biasa disebut---demam panggung menyerang, hal terbaik yang bisa dilakukan adalah bukan dengan melawannya, tetapi dengan menganggapnya bukan sebagai masalah. Biarkan saja, nanti juga bakal reda ketika konsentrasi kita kembali terpusat pada peran atau tugas kita di atas panggung.
Tentu saja di dalam metode keaktoran ada banyak latihan dan pemahaman untuk mempersiapkan kesiapan kejiwaan untuk menghadapi gejolak-gejolak psikologis semacam itu. Dan mungkin psikiater atau psikolog juga memiliki berbagai caranya. Tetapi jika misal, besok atau lusa, atau sebentar lagi kalian musti tampil di hadapan orang banyak, dan merasa demam, saya kira kesimpulan dan pemahaman teater saya ini bisa kau jajal.
"Bahwa demam panggung adalah sebuah perkara wajar dan bukan merupakan masalah. Justru bakal menjadi masalah yang berlarut ketika menganggapnya sebagai masalah yang harus dienyahkan. Guncangan itu justru akan bergejolak ketika kita melawannya. Sebaliknya jika kita anggap sebagai gairah yang lumrah, derasnya aliran darah yang terpompa oleh pacuan jantung dapat menjadi energi besar untuk menunjang penampilan kita. Nikmatilah, dan kelak kau akan merindukan situasi dan perasaan tersebut."
Sukoharjo, 27 Januari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H