Mohon tunggu...
Muhammad Nur Hayid
Muhammad Nur Hayid Mohon Tunggu... -

ingin mengabdi untuk kemaslahatan, menjadi sinar bagi gelapnya kehidupan akhir zaman, seperti kanjeng nabi muhammad khoirul kholqi walbasyar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Makam Tak Beratap Imam Nawawi di Syiria

24 Juli 2012   14:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:41 1088
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ramadan hari ke empat dan kelima kami jalani seperti biasa, normal dan sedikit kesibukan. Saya bilang kesibukan karena secara mendadak kami mengelar buka puasa bersama ala kadarnya dengan teman  dekat saya yang juga lokal staf di KBRI Alger Pak Munir dan saudara kami yang kebetulan sedang berkunjung ke Aljazair. Beliau orang sulawesi selatan yang sudah lama bergelut di bisnis media, namanya bapak haji Alwi Hamu bersamastafnya James di rumah mungil yang kami sewa di apartemen Hydra.

Alhamdulillah, meski hanya ala kadarnya, kami tuntaskan tugas dan amanat untuk saling berbagi dan bermanfaat dengan sesama saudara di negeri orang ini dengan baik. Acara ringan itu kami akhiri dengan salat magrib berjamaah dan makam berat buka puasa dengan menu buatan istri tercinta (balado telur, dadar jagung, abon ayam dan daging, sambel kacang teri dan krupuk, mie goreng serta surbah) setelah ifthar kita awali dengan kolak kacang ijo dan beraneka buah serta jus dan air putih.

Setelah acara itu usai, kami lanjutkan kegiatan rutin setiap senin malam kami mengelar salat taraweh bersama di kantor KBRI. kebetulan malam ini jatahnya pak dubes yang memberi ceramah kultum seusai salat taraweh. beliau mengangkat tema soal makna hakiki bertakwa kepada Allah. acara berlangsung sampai malam dan alhamdulillah, karena isyaknya saja hampir jam 10 malam, kami baru selesai acara sekitar jam 12 malam. Kami langsung pulang untuk istirahat guna menyimpan tenaga untuk esok hari dan sahur.

Suasa musim panas yang biasanya menyengat tak begitu terasa karena waktuku lebih banyak di dalam ruangan. Selasa hari ke lima puasa kami isi dengan kegiatan rutin masuk kantor. Seperti biasanya, sehabis salat duhur kami mengaji hadits arbain. Untuk hari senin kemarin kami membahas hadits soal iman, islam dan ihsan serta rukun islam. penjelasan haditsnya sama saja seperti yang kami dapati dari kiai saya dulu di pesantren. tetapi ada yang baru soal informasi makam imam alhafiz annawai pengarang hadits arbain.

Dalam penjelasanya pembaca hadits yang kebetulan teman kami Pak Bukhori yang sudah berziarah ke makam imam Nawawi, (dalam acara ini kami secara bergiliran membacakan hadits arbain dan kemudian mangkajinya dengan taanya jawab, giliran saya adalah hari ini (selasa, 24/7), disebutkan bahwa makam syeh Alhafidz Imam Nawawi terdapat di Syiria, di wilayah yang saat ini sedang bergejolak dan konflik politik akibat intervensi barat. semoga Allah segera menyelesaikan konflik di daerah itu. amin.

Isu ini saya pilih menjadi cerita di tulisan ringan dan reflektif saya selama ramadan di negeri orang karena ada yang baru dan menarik di hati saya. Dalam riwayatnya yang mashur di kalangan masyarakat sekitar, ketika imam Nawawi wafat, beliau yang sama sekali belum pernah menikah dan melajang seumur hidupnya itu berwasiat agar ketika meninggal kelak makamnya tidak diberi atap sebagaimana umumnya makan orang dan imam besar di daerah syiria.

Seperti pepatah jawa, 'weruh sak durunge winarah', imam Nawawi berpesan agar makamnya nanti dibiarkan bertabur tanah tanpa atap dan tidak dibangun. Dalam sebuah riwayat itu pula diceritakan, sesaat setelah pemakaman orang alim dan soleh ini, dari makam yang sederhana tak seperti makam-makam para ulama lainnya yang di bangun rapi, tumbuhlah sebatang pohon yang kemudian membesar dan membesar sampai saat ini pohon itu tetap ada dan sangat besar. Umurnya pun sudah ratusan tahun.

Saat pohon itu membesar dan besar sekali, tepat diatas makam Imam Nawawi menjadi payon atau atap alami di makam sang syeh. Ini seoalah balasan langsung Allah bagi hambanya yang sholeh sebelum balasan di akherat nanti. Bagi penziarah pohon itu bisa melindungi dirinya dari panasnya matahari Syiria di siang hari tetapi tetap mendapatkan kesejukan angin alamnya karena tak ada tembok pembatas. Tak perlu ada AC dan lainnya karena payung Allah ternyata lebih disukai imam Nawawi dari pada payung buatan manusia. subhanallah.

Itulah hikmah ramadan kali ini pada edisi ramadan ke 4 yang kami teguk, betapa kasih sayang Allah kepada hambanya yang taat dan bermanfaat bagi orang lain begitu besar. Beliau adalah tokoh luar biasa sampai benar-benar rela dan ihlas melajang demi menjadi hambanya yang soleh dan penebar ilmu Allah. Sekarang beliau sudah dalam balutan rahmat dan kasih sayangNya yang sangat luar biasa dari Allah swt berkat usahanya dalam menapaki hidup untuk lebih banyak bermanfaat bagi orang lain. Dan ilmu yang bermanfaatnya yang sampai sekarang kita pelajari dan kita amalkan serta amal salehnya selama hidup di dunia semoga menjadi bekal menghadapi hari pembalasan kelak.

Setelah ngaji, kami lanjutkan mengobrol dengan kiai Masrur, lokal staf bidang ekonomi yang punya wawasan ilmu agama yang luas dan dalam. Maklum beliau lulusan master dan kandidat doktor dari universitas di Sudan. Dalam ceritanya, syeh Masrur demikian kami biasa menyapa menceritakan soal masa kecil imam nawawi yang bandel sebagaimana umumnya anak kecil pada masanya dan saat ini. Saat ayahnya menyurnya mengaji, imam Nawawi tak menghiraukan dan lebih banyak mbeling.

Sampai pada suatu malam yang hening, imam nawawi yang mbeling ini dikaruniai mimpi oleh Allah yang sangat mengerikan untuk ukuran anak kecil seperti dia. Dalam mimpinya itu, imam nawawi seperti meminum semua air laut dari berbagai arah penjuri mata angin sampai air laut itu habis ditengaknya. Setelah meminum semua air laut di wilayah selatan, pindah ke barat, pindah ke timur dan pindah ke utara. Demikian mimpi itu seperti mahluk yang tak ada habisnya menahan rasa haus. melihat mimpi yang di luar kebiasaan itu, takutlah imam nawawi kecil dan berceritalah kepada kakeknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun