Mohon tunggu...
HARI WIBOWO
HARI WIBOWO Mohon Tunggu... Guru - Widyaiswara P4TK Bahasa

Saya widyaiswara dan penulis aktif di P4TK Bahasa, Kemdikbud.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nikmatnya Ngopi di Lima Kota Budaya Ngopi (1)

9 Maret 2018   22:51 Diperbarui: 30 Mei 2018   06:53 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Menikmati kopi jos bertambah nikmat lagi sambil diiringi nyanyian pengamen jalanan yang lagu-lagunya bisa di-requestsesuai keinginan pengunjung. Lagu yang dinyanyikan bisa lagu kenangan dan band-band baru yang sedang popular.

Suasana yang akrab, nyaman, dan santai membuat banyak wisatawan domestic dan mancanegara yang ingin ikut larut dalam suasannya. Bahkan ada wisatawan Thailand yang memuji keberadaan warung lesesan angkringan sepanjang jalan Malioboro---Margo Utomo.

Setiap ke Yogjakarta pastinya saya tidak bisa melupakan dan akan kembali mampir ke lesehan warung kopi Joss stasiun Tugu Yogja. Ke kotamu aku kan kembali...

Kota Takengon

Takengon adalah sebuah kota kecil yang berada di daerah pegunungan wilayah Aceh. Selain, udaranya dingin, kota ini menjadi pemasok kopi terkenal di Aceh, Indonesia, bahkan di dunia. Kopi yang dihasilkan oleh petani di sini sangat berkualitas. Petani kopi setempat mengatakan bahwa kopinya sudah menjadi bahan seduhan kopi di Eropa.

Untuk bisa sampai di kota ini. Saya naik pesawat menuju Kuala Namu Sumatra Utara, selanjutnya transit/pindah pesawat menuju bandara Rembele, Kabupaten Bener Meriah Aceh. Perjalanan ke sini menempuh waktu kurang lebih 3 jam bila dari Jakarta.

Kota yang terkenal dengan kopi tanah Gayonya ini, sangat produktif menghasilkan kopi yang istimewa dan kuliatas nomor wahid. Saya mencium aroma kopi arabica yang harum saat menikmati secangkir kopi hitam espresso. Wanginya membuat saya ingin meyeruputnya. Berbeda rasanya jika ngopi di tempat asalnya kopi berkualitas dunia. Luar biasa.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
 

Sore itu saya diajak ngopi oleh guru-guru di kedai kopi seberang Masjid Raya Takengon. Warung ini sudah terlihat modern ala caf namun harga nya tetap harga mahasisw

Saya pun tak sabar memesan kopi sanger espresso kental yang sangat berkelas tersaji di cangkir mini. Begitupun guru-guru yang ikut menemani. Ada juga yang tidak memesan kopi, tapi hanya the tarik. Suasana ini sangat akrab dan santai sambil bincang-bincang tentang sastra dan puisi khas dari Tanah Gayo. Puisi saya pun  diminta untuk dimuat pada laman www.lintasgayo.co. saya pun mengizinkan dan senag saat dikirm tautannya. Puisi yang dimuat berjudul "Kopiku Bukan Kopimu".

Kopiku Bukan Kopimu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun