Mohon tunggu...
HARI WIBOWO
HARI WIBOWO Mohon Tunggu... Guru - Widyaiswara P4TK Bahasa

Saya widyaiswara dan penulis aktif di P4TK Bahasa, Kemdikbud.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nikmatnya Ngopi di Lima Kota Budaya Ngopi (1)

9 Maret 2018   22:51 Diperbarui: 30 Mei 2018   06:53 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Penyajian kopi espresso di warung Rumah Kupi sangat berkelas. Cangkir mungil dan lucu ukuran 100 ml bisa dinikmati saat tersaji. Aroma kopi arabika menusuk hidung dengan lembutnya. Sebelum menyeruput saya menghirup aroma yang keluar spontan dari secangkir kopi yang baru saja tersaji di meja.

Kota Banda Aceh

Banda Aceh merupakan kota yang punya julukan Serambi Mekah ini adalah surga bagi penikmat kopi. Selain masjid Baiturrahmannya yang begitu elok dengan renovasi penambahan payung-payung ala masjid Nabawi di Saudi,  kota ini memanjakan setiap mata sepanjang pinggir jalan dengan warung kopi. Ada yang warung kopi tradisional sederhana dan ada juga yang modern atau disebut caf anak muda. Lengkap dengan menu mie Aceh dan kue cane khasnya.

Kota yang pernah mengalami musibah dahsyat Tsunami tahun 2004, tepatnya hari Minggu 26 Desember, sudah kembali pulih. Setiap akhir tahun warga Banda Aceh selalu teringat tragedi ini. Tragedi yang tak bisa dilupakan. Sampai masih ada sisa-sisa peninggalan Tsunami yang dijadikan sejarah, yaitu keberadaan kapal PLTD Apung dan kapal nelayan di daerah Lampulo.

Kini, kota Banda kembali sedia kala. Suasanya lebih tenang dan nyaman. Jauh dari hingar bingar gerakan anti NKRI. Karea semenjak tsunami warga Aceh bahu membahu membangun kota ini kembali. Tanpa mengenal dari suku mana dan gerakan apa.

Kembali ke pembahasan kopi. Pada tahun ini, 2017, saya mengunjungi sebuah kedai kopi Solong.... yang merupakan cabang dari kedai kopi  Ulee Kareng milik H. Nawi yang terkenal sejak 1974. Bedanya adalah kedai kopi ini sudah jauh modern. Dengan penataan kedai yang sudah ala caf.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
 
Pengunjung yang datang pun tidak kenal waktu. Mulai pagi saat menu sarapan nasi lemak ada sampai malam saat makan malam tiba. Umumnya pengunjung yang datang dari kalangan menengah ke atas. Terlihat dari mobil-mobi yang berjajar di parkiran yang luas. Pengunjung pun bisa memilih tempat di dalam caf atau duduk di luar di bawah pohon agar terlihat santai.

Suasanya ini membuat saya selalu kangen ingin ngopi di tempat ini. Tempat kami bincang-bincang santai tentang masa depan. Sambil juga menikmati sajian kue ringan teman kopi hitam dan sanger.

Kota Yogjakarta

Kota pelajar Yogja ini menjadi kota yang sangat nyaman bagi penikmat kopi. Betapa tidak. Sajian warung lesehan yang digelar setiap malam, meski bukan malam minggu, tetap saja ramai pengunjung.

Tepatnya di belakang staisun Tugu Yogja, ada sederetan warung lesehan kopi jos yang menawarkan sajian angkringan yang lengkap dengan kopi josnya. Kenapa namanya kopi jos? Ya. Kopi ini dinamakan kopi jos karena kopi yang tersaji di gelas dmasukkan bara api dari kayu khusus sehingga bunyi jos. Bara abi kayu yang masuk kedalamnya membuat sajian kopi menjadi lebih legit dan nikmat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun