enghadapi debat cawapres malam ini, jujur saya deg-degan memikirkan Pak Ma'ruf. Saya tidak meragukan kemampuan Pak Ma'ruf. Saya tahu betul bahwa Pak Ma'ruf sudah sangat berpengalaman di dunia perpolitikan Indonesia.
Dibanding Pak Ma'ruf, Sandi jelas kalah jauh. Sebelum Sandi lahir, Pak Ma'ruf sudah jadi Ketua banser. Sejak Sandi belum ada di dunia ini, Pak Ma'ruf sudah mengajar sebagai dosen di Fakultas Tabriyah, Universitas Nahdatul Ulama (Unnu), Jakarta di tahun 1968.
Clear. Kemampuan Pak Ma'ruf sudah tak perlu diragukan lagi.
Tapi entah kenapa, saya selalu teringat pada ayah saya yang juga sudah tua. Di masa tua yang seharusnya Pak Ma'ruf habiskan untuk beristirahat dan hidup tenang bersama keluarga, Pak Ma'ruf justru membaktikan dirinya untuk memikirkan nasib rakyat Indonesia.
Campur aduk jadinya. Antara kepikiran dan terharu ngublek jadi satu.
Tapi kegalauan saya langsung sirna saat melihat penampilan Pak Ma'ruf malam ini. Sejak awal Pak Ma'ruf muncul di layar televisi, wajah Pak Maruf terlihat cerah ceria dan bersemangat.
Pemaparan demi pemaparan disampaikan Pak Ma'ruf dengan santai, jelas dan detail. Terlihat bahwa Pak Ma'ruf sangat memahami materi debat cawapres malam ini tentang pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, serta sosial dan budaya.
Pak Ma'ruf berhasil menyampaikan visi misi Jokowi-Ma'ruf dengan sangat jelas yaitu tentang Indonesia maju, dengan kunci manusia-manusia Indonesia itu sendiri. Manusia-manusia yang sehat jasmani dan rohani, cerdas, produktif dan berakhlak mulia.
Pak Ma'ruf juga mengakui bahwa Jokowi-JK telah melakukan banyak hal. Tapi kerja belum selesai. Karena itulah Jokowi-Ma'ruf siap melanjutkan ikhtiar menjadikan Indonesia maju melalui pemberian beasiswa, juga peningkatan dana pendidikan yang akan diteruskan sampai tingkat kuliah.
Di bagian berikut ini jujur saya merinding. Saat Pak Ma'ruf mengucapkan "La Takhaf Wa La Tahzan. Janganlah kamu takut dan janganlah kamu bersedih hati. Negara telah hadir dan akan terus hadir untuk membantu kalian." Dengan demikian, orang tua tak perlu khawatir akan masa depan anaknya. Anak-anak juga tak perlu takut bermimpi. Sebab anak-anak memang tidak boleh berhenti bercita-cita.
Amin. Amin. Kabulkanlah doa dan harapan kami ini Tuhan.
Di sisi lain Sandi justru ngga nyambung jawaban-jawabannya. Sandi berusaha menyembunyikan minimnya ide, gagasan dan program-program bagus yang tak dipunyai Prabowo-Sandi di balik "ketenangannya". Pokoknya OK OCE kata Sandi.
Program OK OCE yang sudah jelas-jelas gagal di Jakarta malah mau dibawa ke tingkat Nasional. OK OCE Nasional disingkat OON dong jadinya. Aiiihhhh......
Kenapa program OK OCE saya katakan gagal???
Data sudah menunjukkan bahwa, dari target OK OCE sebanyak 40 ribu per tahun yang mendaftar hanya 2,5% dan hanya 150 orang yang mendapat modal. Terus berhasilnya di mana coba???
Di debat cawapres ini Sandi juga bergaya seolah-olah paham masalah dana dan anggaran. Seperti saat masa kampanye Pilkada DKI lalu, Sandi juga merasa paham keuangan OK OCE dan DP 0%. Tapi faktanya mana??? Faktanya amburadul semua. Oke ngoceh jadinya.
Ngakak ya. Cukup Jakarta yang porak poranda akibat dipimpin orang yang tak bisa kerja. Jangan acak-acak Indonesia yang sudah makin membaik di masa kepemimpinan Jokowi.
Saat Pak Ma'ruf memaparkan program akan membentuk Badan Riset Nasional, DUDI (Dunia Usaha dan Dunia Industri) dan dana abadi riset, agar riset anak-anak bangsa bisa lebih terkoordinasi dan efektif, Sandi justru akan menyerahkan riset ke tangan swasta. Helooowww.... Itu berarti riset nantinya hanya akan jadi kepentingan kelompok saja. Apa-apaan ini???
Di saat Pak Ma'ruf sudah berbicara tentang Germas (Gerakan masyarakat Hidup Sehat), Program Indonesia dengan pendekatan keluarga, program kesehatan ibu dan anak dan angka stunting yang akan terus diturunkan, Sandi justru ngotot menyampaikan program-program yang masih sama seperti saat dia berkampanye di Pilkada DKI bersama Anies, yang berisi program-program menggampangkan masalah dan menggampangkan janji-janji.
Hasilnya apa??? Biarkan warga DKI Jakarta yang menjawabnya. Wekekeke......
Di saat Pak Ma'ruf sudah berbicara soal pembangunan infrastruktur darat, laut, udara dan langit agar usaha-usaha digital di Indoensia maju, Sandi justru muter-muter membahas rumah siap kerja, colek-colek Bu Lies lah, Salsabila lah. Ngakak nggeblak memang melihat performa Sandi yang kacau balau malam ini.
Pertanyaan saya cuma satu buat Sandi. Untuk apa membuat "Rumah Kerja" kalau negara sudah memiliki banyak BLK (Balai Latihan Kerja)??? Ayo dijawab San. Gerombolan kampret pemuja Prabowo-Sandi juga boleh menjawab pertanyaan ini. Silakan tulis di kolom komentar ya Pret.
Sebagai penutup saya pun bisa mendapatkan satu kesimpulan. Dari hasil debat cawapres malam ini semakin membuat saya mantap memilih Jokowi-Ma'ruf sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI. Saya tak mau pilih pemimpin yang ngotot terus dengan program OK OCE nya yang sudah terbukti gagal. #JokowiLagi
Silakan klik link berikut ini untuk bisa mendapatkan artikel-artikel saya yang lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H