Mohon tunggu...
Mas Gunggung
Mas Gunggung Mohon Tunggu... Penulis -

Selamat menikmati cerita silat "Tembang Tanpa Syair". Semoga bermanfaat dan menjadi kebaikan bersama.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tembang Tanpa Syair - Jagad Tangguh - Bagian 16

13 Agustus 2016   21:08 Diperbarui: 13 Agustus 2016   21:14 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Belum habis ikan bakar ini kumakan, aku pandanganku melihat ada gerakan yang aneh pada pohon disamping ayah. Nampaknya ada sesuatu yang bergerak-gerak sedang turun dari dahan atas dan merayap kebawah. Warnanya hijau terang.

Aku terkejut. Itu seperti seekor ular!

"Ayah...itu ada ular hijau dipohon!", ucapku perlahan pada ayah.

Ayah kemudian menoleh kearah pohon disampingnya. Ular hijau itu kini terlihat makin jelas. Aku melihat ayah mengambil sabuk berwarna merah yang ada didekat kaki ayah. Lalu secepat kilat ayah menyabetkan sabuk itu ke arah ular hijau itu.

JLEBBB!!

Ujung sabuk berwarna merah itu tepat sekali mengenai ujung kepala ular dan memutus langsung kepala ular. Seketika kepala ular itu jatuh ke tanah dan mati. Sementara badan ular terlihat jatuh sebentar mengenai sabuk merah ayah dan kemudian jatuh ke tanah. Sabuk merah ayah masih terlihat menancap dengan kuat ke pohon. Menancap, tembus masuk sedalam kurang lebih satu ruas jari.

"He... hebat sekali yah...", gumamku dalam hati.

Aku tidak habis pikir, bagaimana sabuk silat yang hanya terbuat dari kain bisa melesat sedemikian rupa, cepat, dan tajam menghunjam pohon hingga mampu menembusi kulit pohon yang keras. Jujur, aku baru melihat kemampuan seperti itu. Apa yang barusan ayah lakukan? Ilmu apa yang dikeluarkan ayah? Banyak pertanyaan berkecamuk dalam hatiku.

Ayah kemudian menarik kembali sabuk merah tersebut dan meletakkannya di dekat kakinya. Seolah tidak terjadi apa-apa. Ayah kemudian meneruskan kegiatan memakan ikan bakarnya. Tidak berapa lama ikan bakar di piring ayah habis disantap. Ayah lalu mengambil air dan mencuci tangannya hingga bersih. Sementara aku masih tertegun melihat kejadian barusan.

"Lho, kenapa bengong?", ucap ayah sambil tersenyum.

"Anu... itu bagaimana caranya yah?", ucapku sekenanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun