Keduanya sama-sama berharap pada Tuhannya, melalui jalan yang berbeda.
Yang pertama berusaha menggapai kesembuhanNya melalui jalan kesembuhan yang ada didepannya. Ia mencari jalan itu sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan dan kapasitas ilmunya. Setelah itu ia memasrahkan hasilnya. Seandainya ada tiga orang dokter dan ia memilih dokter yang pertama, maka keputusan memilih dokter yang pertama itu mestilah didasarkan pada kemampuan dan kapasitas ilmunya. Sementara yang kedua berusaha menggapai kesembuhanNya tanpa melakukan apa-apa. Semata-mata menyerahkan segala urusan kepada takdirNya yang akan bekerja pada dirinya.
Kedua jalan ini baik, apabila diyakini sesuai dengan kapasitas keyakinannya.
Namun, jalan keilmuan ayah adalah jalan yang pertama. Yakni jalan yang harus diperjuangkan. Jalan yang harus dilewati dengan ikhtiar maksimal, ikhtiar terbaik. Jalan yang harus dilewati dengan kecerdasan, latihan-latihan terbaik, dan ikhtiar yang juga terbaik.", jawab ayah dengan serius.
Aku mengangguk setuju.
"Ayah tidak bisa memaksakan mereka yang hanya duduk berdiam diri menunggu takdirNya. Sifat ilmu yang ayah pelajari dan yang saat ini kamu pelajari tidak demikian adanya. Segala sesuatu harus diperjuangkan. Jika pada contoh yang ayah katakan tadi ternyata manakala disaat berjuang dengan ikhtiar terbaik lalu Allah memberikan takdir kematian kepadanya maka ketahuilah bahwa orang-orang itu akan masuk kepada golongan orang-orang yang sedang berhijrah menuju kebaikan. Ini adalah semata-mata pilihan yang dijalani.
Jika Aa perhatikan, bahwa dalam setiap keilmuan ini adalah sebuah latihan yang harus selalu dijalani. Latihan ini bertujuan untuk menguji sejauh mana kekuatan niatmu, keteguhan tekadmu, untuk berjalan menuju tujuan yang kamu inginkan dengan ikhtiar maksimal.", lanjut ayah.
Aku kembali mengangguk setuju.
Aku melihat pandangan ayah mengarah pada baju yang saat ini masih menancap di tanah dekat tempat ayah berdiri tadi. Akupun tanpa sadar ikut menoleh kesana.
"Ayah, bolehkah Aa mendengar kisah perjalanan dibalik luka-luka di tubuh ayah yah?", tanyaku penasaran.
Aku memang ingin mendengar kisah-kisah perjalanan dibalik semua bekas luka di tubuh ayahku. Sebab ayah selalu berkata bahwa hendaklah kita mendengar kisah-kisah mengenai orang-orang yang memiliki keutamaan atau bisa juga orang-orang yang memiliki hikmah. Sebab hal itu termasuk kemuliaan dan padanya terdapat kedudukan dan kenikmatan bagi jiwa.