Tak perlu waktu lama bagi Eko untuk menyediakan segala perlengakapan yang dibutuhkan. Ia kemudian menghubungi kenalannya pemilik toko aneka perlengkapan besar di Jakarta. Transaksi pun dilakukan. Barang-barang sesuai catatan pembelian diterimanya dan Eko pun membayar sesuai harga yang diberikan.
Ternyata ada bagian yang sangat mengharukan bagi Eko saat itu, bahkan ia sempat menitikkan air mata ketika menceritakan kembali kisahnya kepada saya pada Rabu malam (3/5). Uang pembayaran yang telah diserahkan ternyata diberikan kepadanya oleh pemilik toko untuk uang operasional selama di Aceh.
“Haru. Menitikkan air mata. Tak dapat berkata-kata. Itulah yang Ane rasakan saat itu, ya seperti sekarang ini,” cerita Eko yang sempat terputus kata-katanya.
“Jadi, sebenernya ada orang yang mau membantu korban tsunami Aceh, tetapi tidak tahu harus bagaimana. Seperti itulah yang Ane temui setelah Ane kembali nganter barang dari Aceh itu. Itulah yang makin membulatkan tekad Ane untuk berangkat ke Aceh,” lanjutnya menceritakan.
Menapaki Dunia demi Kemanusiaan
Eko bersama timnya sudah berpengalaman membantu evakuasi korban bencana, baik di dalam maupun luar negeri. Tak sedikit biaya operasional berasal dari kantong pribadinya. Akan tetapi, itu semua tak ada artinya bagi pria yang memiliki kegemaran maraton dan naik gunung ini jika dibandingkan dengan ketenangan hati dan jiwanya setelah membantu sesama.
Bersama tim relawan yang dimilikinya Eko bergabung dengan lembaga kemanusiaan nasional PKPU saat terjun ke daerah bencana. Eko memang sukarelawan ahli bidang kebencanaan (disasters) di PKPU. Eko bahkan pernah diganjar dengan PKPU Award sebagai Relawan Rescue tahun 2015.
Evakuasi korban bencana dalam negeri yang pernah dilakukan Eko bersama timnya, antara lain evakuasi korban letusan Gunung Merapi (2010), kecelakaan Pesawat Sukhoi di Gunung Salak (2012), banjir Jakarta (2014), tanah longsor Banjarnegara (2014), pencarian pesawat AirAsia di Selat Karimata (2015), dan misi kemanusiaan gempa bumi Aceh (2016).
Kini misi kemanusiaan Eko dilakukan bersama Kwartir Nasional Pramuka. Seragam Pramuka selalu dikenakannya setiap mengemban tugas kemanusian. Seragam Pramuka membuat Eko lebih mudah dalam menjejakkan kaki di daerah pengungsian di luar negeri. Misi kemanusiaan Eko di luar negeri, antara lain saat gempa Turki (2011), bencana kelaparan Somalia (2012), pengungsian akibat konflik saudara di Myanmar (2013), bencana topan hayan di Filipina (2013), jalur Gaza, Palestina (2014), gempa Nepal (2015), kerusuhan bernuansa SARA di Myanmar (2016), dan bencana kelaparan di Somalia (2017).