Mata saya tertuju pada tesis dan disertasi yang telah dicetak sangat tebal. "Masyaallah, orang-orang dulu memang hebat dalam menghasilkan karya ilmiah" Batin saya dengan penuh kekaguman.
Sekarang kita bisa dengan mudah mendapatkan jurnal melalui perpustakaan online. Tidak perlu lagi harus jalan ke perpustakaan jauh. Hanya dengan hitungan detik, ribuan katalog buku atau jurnal sudah di hadapan kita. Semua kemudahan itu, justru membunuh kualitas pemikiran kita.
Gagal Memanfaatkan Limpahan Informasi
Karakter sesuatu yang instan, mungkin itulah yang membunuh keilmuan kita. Berbagai kemudahan sumber bacaan, kemudahan alat misal laptop, justru tidak membuat kita produktif menghasilkan tulisan sekelas Hamka dan Pram. Ketersediaan informasi yang melimpah justru membuat produktivitas tulisan kita secara kuantitas dan kualitas belum bisa melebihi buku-buku yang dituliskan oleh Hamka dan Pram.
Tulisan ini bukan hendak mengesampingkan hasil teknologi yang telah dibuat. Segala pencapaian teknologi informasi ini sesungguhnya juga memberikan berbagai kemudahan. Tetapi, segala kemudahan itu sejalan dengan karakter kelimuan kita.
Jangan sampai dengan kemudahan yang diberikan oleh teknologi, membuat kita menjadi malas. Kita harus menjadi masyarakat yang memiliki budaya etos kerja yang tinggi. Membaca, memahami, menganalisis, mensintesis, kemudian menuliskan hasil penelitian kita, itulah ciri peradaban yang telah dicontohkan oleh Hamka dan Pram.
Bangsa yang besar adalah jika masyarakatnya memiliki semangat kerja dan belajar yang tinggi. Tanpa kerja dan belajar dengan disiplin, bangsa kita masih akan tertinggal dengan bangsa lain. Kekayaan alam kita tidak dapat kita oleh sendiri. Yang kemudian diolah oleh bangsa lain dan merekalah yang menikmatinya.
Selamatkan keadaban budaya ketimuran Indonesia dengan terus membaca dan menulis.
Salam Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H