Maka pada hari ini, anak-anak Indonesia penggemar film anime Jepang, mau tidak mau menjadi konsumen budaya Jepan yang tidak produktif. Saya menyebutnya sebagai "Penjajahan Budaya Melalui Film Anime". Anak-anak kita menjadi geger budaya Jepang yang dikonsturksi lewat anime.
Tidak hanya dijajah lewat budaya tentunya, film anime Jepang ini merupakan bagian dari industri media massa. Dari sudut pandang lain film anime Jepang ini menjajah kita melalui ekonomi politik. Melalui film anime ini, Jepang mendapatkan keuntungan ekonomi yang jumlahnya tidak sedikit. Secara politik tentu Jepang juga medominasi pengaruhnya dengan menggunakan film anime.
Jepang memang menjajah kita melalui film Anime sebabanya bangsa kita memang miskin kreativitas. Kita belum mampu menciptakan film anime yang dibuat oleh Jepang. Bangsa kita terlalu malas untuk mebuah visi pendidikan yang disiplin seperti bangsa Jepang. Hal buruknya kita hanya menjadi bangsa konsumen dari produk film anime Jepang.
Berhari-hari kita menunggu film anime Jepang diputar di media massa. Bahkan saya sendiri pernah geger saat film Naruto dan Dragon Ball tidak tayang pada sebuah minggu. Sepertinya hidup saya tidak dapat dilepaskan dari menonton film anime Jepang.
Semoga bangsa kita mau terus belajar agar kelak tercipta film anime produk dalam negeri. Tentu anime yang sesuai dengan budaya kita yatiu budaya nusantara. Jika hal itu terjadi maka kita bisa lepas dari penjajahan anime Jepang secara budaya dan ekonomi politik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H