Mohon tunggu...
Mas Gagah
Mas Gagah Mohon Tunggu... Dosen - (Lelaki Penunggu Subuh)

Anak Buruh Tani "Ngelmu Sampai Mati"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kisah Terminal Lebak Bulus dan Bu Minah Penjual Kopi

5 Juli 2018   21:33 Diperbarui: 6 Juli 2018   18:20 2690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terminal Lebak Bulus (id.foursquare.com)

Orang-orang semacam ibu Minah lebih banyak dianggap sampah negara. Mereka yang berjualan dipinggir jalan itu dianggap tidak taat pada negara. Bahkan tidak segan-segan para sat pol pp menghajar dagangan mereka tanpa ampun.

Ibu Minah menuturkan, "jualan pinggir jalan itu ancamannya adalah sat pol pp....". Begitulah, orang kecil semacam ibu Minah selalu dianggap sampah oleh negara. Padahal, negara tidak sekalipun mau memperhatikan kehidupan mereka.

Mereka didatangi saat berlangsung pemilihan Presiden. Saat itu mereka dirayu kemudian dijanjikan hajat hidupnya, jika sang ca pres terpillih.

Tapi, itu hanya janji saat kampanye pemilu. Setelah itu, nasib ibu Minah serta orang pinggiran lainnya tidak pernah berubah.

Ibu Minah sang penjual kopi di pinggir Terminal Lebak Bulus adalah pahlawan. Kepahlawanannya tidak kalah dengan Ibu Sri Mulyani yang dianggap penyelemat keuangan negara. Orang-orang kecil seperti ibu Minah adalah tulang punggu negara.

Matahari mulai panas, jam di tangan menunjukkan pada angka delapan. Saya sudahi menyesap kopi di lapak kecil Ibu Minah. Melanjutkan langkah, masuk dalam angkot menuju Kampus UIN Ciputat. Bersama cerita heroik penjual kopi bernama ibu Minah.

Sampai kapan ibu Minah bertahan di pinggir Terminal Lebak Bulus, saya tidak tahu jawabnya. Semoga saja negara tidak abai terhadap kehidupan orang-orang kecil semacam Ibu Minah serta wong cilik lainnya. Sebab, orang-orang kecil adalah tulang punggung berdirinya negara ini, mereka adalah pahlawan.

Hari ini Bulan Juli Tahun 2018

Setelah hampir 2,5 lebih saya dari kisah ini saya menyelesaikan magister di UIN Jakarta, sudut terminal lebak bulus sudah berubah total. Tempat ngopi saya sudah hilang digantikan beberapa koridor bus way. Sudut terminal lebak bulus semakin berbenah dengan segala kemegahannya.

Tapi ibu-ibu sang penjual kopi itu sudah tidak ada. Mereka digantikan oleh keangkuhan pembangunan Jakarta. Seorang teman dosen di UIN Ciputat pernah mengatakan "Pembangunan memang selalu meminta tumbal''.

Sudut Lebak Bulus dan semua sudut ibut kota Jakarta terus berbenah dengan pembangunan yang menggila. Tetapi pembangunan itu tidak diperuntukkan bagi orang kecil semisal bu Minah si penjual kopi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun