Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Hujan Es di Aceh, Ribuan "Batu" Berjatuhan dari Langit

9 Juli 2019   00:11 Diperbarui: 10 Juli 2019   20:40 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 3, Suprihono menunjukkan butiran es sebesar kelereng (Doc. FMT)

Fenomena alam berupa hujan es kembali terjadi di wilayah kecamatan Jagong Jeget Aceh Tengah, Minggu (7/7/2019). Ratusan warga di beberapa kampung di kecamatan tersebut seperti Jeget Ayu, Paya Tungel, Paya Dedep, Bukit Kemuning dan beberapa kampung di sekitarnya, merasakan dampak langsung dampak langsung dari kejadian langka tersebut. 

Tanpa ada tanda-tanda sebelumnya, tetiba saja mereka dikejutkan oleh turunnya butiran-butiran es dengan ukuran lumayan besar dalam jumlah sangat banyak menimpa rumah, pekarangan dan kebun mereka. 

Atap rumah warga yang sebagian besar terbuat dari seng seperti dijatuhi ribuan batu kerikil dari langit dengan suara gemeretak mengemuruh yang membuat warga panik luar biasa. Rumah-rumah dengan atap seng yang sudah agak tua, bahkan jebol tidak mampu menahan "serbuan" ribuan butiran es berukuran rata-rata sebesar kelereng itu.

Kejadian itu sebenarnya bukanlah yang pertama terjadi di daerah dengan ketinggian sekitar 1.500 mdpl ini, pada tahun 2015 yang lalu, daerah ini juga pernah mengalami kejadian serupa.

Namun kejadian hari minggu kemarin terhitung lebih dahsyat dari kejadian 4 tahun yang lalu, selain cakupan wilayahnya lebih luas dan butiran es yang lebih besar, hujan es yang terjadi kemarin juga telah berdampak kerusakan pada puluhan hektare lahan pertanian di wilayah ini serta merusak puluhan rumah warga, terutama pada bagian atap yang terbuat dari seng, ini yang membuat warga setempat trauma.

Gambar 2, Atap rumah warga berlubang-lubanh ditembus hujan es (Doc. FMT)
Gambar 2, Atap rumah warga berlubang-lubanh ditembus hujan es (Doc. FMT)
Menurut teori klimatologi, hujan es sebenarnya merupaka fenomena lama biasa yang bisa terjadi kapan dan dimana saja. Hujan es terjadi akibat proses presipitasi hujan yang terjadi tidak sempurna akibat perbedaan suhu permukaan dengan suhu atmosfer yang cukup signifikan. Pada proses normal, presipitasi terjadi ketika gumpalan awan yang berisi uap air yang sudah membeku berubah menjadi titik-titik air ketika memasuki atmosfer. 

Namun dalam peristiwa hujan es, karena suhu atmosfer yang sangat rendah, menyebabkan presipitasi tidak terjadi secara sempurna, akibatnya butiran-butiran uap air beku turun dalam bentuk gumpalan atau butiran-butiran es dengan ukuran bervariasi. 

Gesekan dengan udara dingin di atmorfer, tidah mampu memecah butiran-butiran es tersebut menjadi air hujan, sehingga ketika sampai ke permukaan bumi masih berbentuk butiran-butiran es, fenomena inilah yang kemudian disebut sebagai hujan es. Kerusakan lingkungan dan dampak perubahan iklim global, ditengarai menyebabkan intensitas kejadian seperti ini lebih sering terjadi.

Rusak rumah dan lahan pertanian
Menurut salah seorang warga, Suprihono yang menyaksikan langsung kejadian tersebut, hujan es itu terjadi secara tiba-tiba sekitar jam 14.15 waktu setempat. Suprihono yang  juga seorang penyuluh pertanian itu menuturkan nahwa selama beberapa hari terakhir di daerah tempat tinggalnya tidak pernah turun hujan, tapi tiba-tiba langit terlihat mendung dan beberapa saat kemudian turun hujan es tersebut.

"Sudah beberapa hari ini disini tidak pernah turun hujan, kemarin tiba-tiba langit terlihat mendung, saya fikir ini gejala hujan biasa, ternyata yang turun bukan air tapi butiran-butiran es yang ukurannya lumayan besar," ungkap Supri.

Dok. FMT
Dok. FMT

Gambar 3, Suprihono menunjukkan butiran es sebesar kelereng (Doc. FMT)
Gambar 3, Suprihono menunjukkan butiran es sebesar kelereng (Doc. FMT)
Lebih lanjut Supri menjelaskan, meski kejadian tersebut hanya sebentar tapi cukup banyak bitiran es yang menutupi beberapa kampung di sekitar tempat tinggalnya di kampung Paya Tungel.

"Saya sudah melakukan pengecekan ke beberapa tempat, butiran es yang sangat banyak itu menutupi puluhan hektar lahan pertanian, dan rata-rata tanaman yang terdampak mengalami kerusakan parah, saya juga melihat butiran-butiran es sebesar kelereng merusak atap rumah warga yang terbuat dari seng," lanjunya

Gambar 4, Tanaman cabai mulai terlihat menguning, sehari pasca hujan es (Doc. FMT)
Gambar 4, Tanaman cabai mulai terlihat menguning, sehari pasca hujan es (Doc. FMT)
Butiran-butiran es itu juga sangat keras, sampai bisa menembus seng, bahkan menurut pengamatan Supri, sampai dengan hari ini, sebagian butiran es yang menutupi lahan pertanian, belum mencair meski sudah terkena terik matahari. Beberapa jenis tanaman seperti cabe, tomat, bawang merah, bawang putih langsung menampakkan kerusakan pasca terjadinya hujan es tersebut, begitu juga tanaman tahunan seperti kopi juga mengalami kerusakan terutama pada bagian daun yang terlihat seperti hangus terbakar.

Meski sangat terpukul dengan kejadian ini, warga terlihat pasrah, karena mereka menganggap ini musibah dan ujian dari Tuhan. Mereka hanya berharap kejadian serupa tidak terulang lagi, sehingga mereka bisa segera memperbaiki rumah dan kembali bertani seperti semula untuk mengganti tanaman mereka yang rusak akibat bencana ini.

Wilayah kecamatan Jagong Jeget sendiri merupakan daerah eks-pemukiman transmigrasi yang sebagian besar warganya berprofesi sebagai petani yang menggantungkan hidup mereka dari usaha tani kopi arabika dan berbagai komoditi hortikultura.

"Kami sadar, ini musibah dan ujian dari Allah, Insya Allah kami bisa menerimanya dengan sabar, kami cuma berharap semoga saja kejadian ini tidak terulang lagi, sehingga kami bisa segera memperbaiki kerusakan dan beraktifitas kembali seperti semula" ungkap Ustadz Mahbub Fauzi, salah seorang tokoh masyarakat setempat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun