Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadhan, Momentum Tepat Cegah Hoaks

8 Mei 2019   11:32 Diperbarui: 8 Mei 2019   12:15 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi - Leaflet ajakan mencegah penyebaran hoax dari Dinas Kominfo dan Sandi Aceh (Doc. FMT)

Gambar 2, Situasi shalat tarawih perdana tahun 1440H/2019M di Masjid Raya baiturrahman, Banda Aceh (Doc. FMT)
Gambar 2, Situasi shalat tarawih perdana tahun 1440H/2019M di Masjid Raya baiturrahman, Banda Aceh (Doc. FMT)
Ketidak jujuran pada akhirnya akan melahirkan kebohongan, itu sudah menjadi hukum alam, dan setiap kebohongan akan selalu berusaha ditutupi dengan kebohongan lainnya. 

Akumulasi dari kebohongan-kebohongan itulah yang pada akhirnya melahirkan kebohongan sistematis atau yang sekarang populer disebut hoax. Jika hanya dilakukan oleh perorakan dengan skope terbatas, mungkin dampaknya tidak akan terlalu besar. 

Tapi jika informasi hoax ini diorganisir dan disebarkan secara massif dan sestematis melalui berbagai media, tentu dampkanya akan membuat keresahan ditengah mayarakat serta menimbulkan ketidak percayaan dan kecurigaan di kalangan masyarakat.

Saking massifnya sebuah kebohongan yang dikemas dalam berbagai berita dan informasi hoax, masyarakat jadi tidak tau mana informasi yang benar mana yang bohong. Namun pada akhirnya ketidak percayaan publik pada media (khususnya media mainstream) menjadi sebuah keniscayaan. 

"Frustasi kepercayaan" inilah yang kemudian menambah suburnya media sosial, namun lagi-lagi media sosialpun sekarang juga sudah menjadi bagian dari media penyebaran hoax.  

Begitu dahsyatnya dampak dari kebohongan, bahkan stabilitas suatu Negara pun bisa terancam, itulah sebabnya agama Islam sangat keras melarang kebohongan, dan media untuk 'menyembuhkan' diri dari kebohongan ini adalah melalui ibadah puasa Ramadhan.

Puasa Ramadhan yang menanamkan nilai-nilai kejujuran, adalah momentum yang sangat tepat untuk mencegah dan menangkal penyebaran informasi hoax. Orang-orang yang benar-benar menjalankan ibadah puasa, akan menjaga dirinya dari perkataan maupun perbuatan bohong. 

Orang yang memaknai puasa dengan makna sebenarnya juga tidak akan terpengaruh dengan informasi hoax, dengan demikian tidak punya keinginan untuk menyebarkan informasi bohong tersbut.

Selain melalui pemahaman individu, upaya mencegah dan menangkal hoax pada bulan Ramadhan, juga dapat dilakukan oleh para penceramah yang menyampaikan tausiahnya pada rangkaian shalat tarawih yang digelar di semua masjid dan musholla di seluruh penjuru negeri ini. Artinya ketika semua ummat Muslim yang jumlahnya lebih dari 80 persen di negeri ini benar-benar memahami makna puasa, maka informasi hoax yang beredar di berbagai media akan dapat diredam secara signifikan.

Dan ketika ibadah puasa dimaknai dan daipahami sebagaimana mestinya (sesuai tuntunan agama), maka Ramadhan akan jadi momentum efektif mencegah dan menangkal hoax.  dengan kata lain, Ramadhan akan menghadirkan suasana tenteram dan damai tanpa kebohongan. Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun