Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadhan, Momentum Tepat Cegah Hoaks

8 Mei 2019   11:32 Diperbarui: 8 Mei 2019   12:15 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi - Leaflet ajakan mencegah penyebaran hoax dari Dinas Kominfo dan Sandi Aceh (Doc. FMT)

Tapi bukan hanya pada ajan pemilu saja fitnah merajalela, dalam keseharian di tepat kerja, di tengah masyarakat, fitnah juga sering digunakan orang untuk mencapai tujuan tertentu. Padahal fitnah merpakan dosa besar yang bahkan dalam Alqur'an disebutkan bahwa fitnah lebih keji dari pembunuhan. Puasa juga akan kehilangan esensi jika orang yang berpuasa masih juga melkukan praktek adu domba dan menebar fitnah.

Keempat, memandang dengan syahwat.

Menunggu waktu berbuka, terkadang terasa panjang dan melelahkan, apalagi dalam cuaca terik seperti yang terjadi saat ini. Memanfaatkan waktu tersebut untuk membaca Alqur'an, belajar agama, melakukan aktifitas ringan yang bermanfaat, tentu akan lebih memberi makna dari ibadah puasa. Tapi godaan syetan, terkadang lebih cepat merasuk pada raga yang sedang lapar dan dahaga. 

Godaan syahwat dari penglihatan, merupakan salah satu hal yang akan memusnahkan pahala puasa. Bertemu denga lawan jenis dengan penampilan 'menantang' di fasilitas umum seperti halte, bus, kereta api, pasar, mall dan sebagainya, tanpa sadar sering melahirkan fantasi yang menyesatkan. 

Begitu juga fasilitas IT seperti HP dan Laptop, bisa jadi wahana iseng untuk memuka situs-situs pengumbar syahwat, tentu hal ini sangat dilarang, apalagi saat menjalankan ibadah puasa.

Kelima, sumpah palsu atau sumpah yang berdasar atas kebohongan.

Pada zaman yang serba teralik-balik seperti yang kita rasakan pada saat ini, mengucapkan sumpah palsu seakan sudah menjadi kalziman. Hanya demi keuntungan pribadi atau kelompok, keselamatn diri, dan tujuan tertentu, orang bisa dengan meudah mengucap sumpah palsu, tidak perduli disumpah dengan kitab suci atau dengan nama Allah. 

Akibat sumpah palsu ini, bisa saja yang benar menjadi salah dan akhirnya kalah, dan yang salah menjadi benar dan kemudian menang. Tentu saja sumpah palsu ini merukana perilaku berbahaya bagi kehidupan dalam masyarakat, itulah sebabnya Islam melarang keras sumpah palsu ini. Terlebih di bulan yang mengajarkan kejujuran ini, sumpah palsu selain merupakan dosa besar, juga akan menghanguskan semua pahala puasa.

Ramadhan, momentum mencegah dan menangkal Hoax

Dari sifatnya yang rahasia, ibadah puasa merupakan ibadah yang mengutamakan kejujuran, puasa akan menguji kejujuran seseorang baik ketika dia sendirian maupun ketika bersama orang lain. 

Kita mungkin bisa saja membohongi orang lain dengan mengatakan kita berpuasa dengan pura-pura lemas dengan bibir yang di kering-keringkan, tapi kita tidak bisa membohongi diri sendiri dan Allah. Serapi apapun kebohongan disembunyikan, tetap saja akan berdampak psikologis berupa kegelisahan dan rasa bersalah, meski ini sering tidak disadari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun