Menurut jumhur ulama, setidaknya ada 5 hal yang akan menghilangkan pahala puasa Ramadhan, yaitu :
Pertama, berdusta, berbohong atau menebar kebohongan.
Yang masuk dalam kategori ini adalah mengatakan sesuatu yang tidak benar, menyebarkan berita atau informasi tidak berdasar fakta (menyebarkan informasi Hoax), melakukan kecurangan dan melakukan pembohongan publik dengan janji-janji palsu dan memutar balikkan fakta.Â
Dusta atau kebohongan dapat dilakukan dengan lisan dan sekarang lebih tren melalui berbagai media, baik median mainstream maupun media sosial. Mereka yang berpuasa, tapi tetap berbohong atau berdusta dengan berbagai cara, tidak akan mendapatkan apapun dari puasanya.
Semoga momentum puasa Ramadhan kali ini mampu menyadarkan mereka yang masih suka menebar kebohongan, membohongi publik dan melakukan praktek kecurangan.
Kedua, Ghibah atau membicarakan aib orang lain.
Banyaknya waktu luang pada bulan Ramadhan, karena jam kerja yang dilonggarkan, membuat orang sering kumpul-kumpul dengan komunitas mereka, dan ketika berkumpul itulah tanpa disadari akan muncul pembicaraan yang mengarah kepada ghibah atau gossip yang menceritakan keburukan orang lain.Â
Begitu entengnya orang untuk menggosip, bahkan diselingi gelak tawa mencemooh, padahal ghibah merupakan larangan agama dan menjadi salah satu penggugur pahala puasa. Puasa tidak akan berguna jika, lisan masih terbiasa untuk bergunjing dengan ghibah.
Ketiga, menebar fitnah
Beberapa bulan terakhir ini, masyarakat disibukkan dengan agenda politik bertajuk pesta demokrasi pemilihan umum. Ajang pemilihan calon presiden, calon senator dan calon legislatif ini, tanpa disadari telah berubah menjadi ajang adu domba dan penyebaran fitnah.Â
Rivalitas sesame kandidat untuk menggapai kursi kekuasaan, telah melahirkan teri menghlalakan segala cara, termasuk memfitnah lawan politik supaya sang lawan 'terjatuh'.