Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Solusi Cerdas dari Buwas, Ganti Tanaman Ganja dengan Kopi Arabika

28 Februari 2018   10:56 Diperbarui: 28 Februari 2018   10:57 897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 6, Pohon ganja (dokpri)

Kalau Komjen Pol Drs. Budi Waseso yang tidak lain Kepala Badan Narkotikan Nasional itu mengunjungi Aceh, tantu ada kaitannya dengan tugas beliau untuk memberantas segala macam bentuk dan jenis narkoba. Terlebih ketika kunjungannya ke Aceh kali ini kemudian terfokus ke wilayah kabupaten Gayo Lues, publik kemudian bertanya-tanya, ada apa Buwas 'blusukan' ke wilayah pedalaman Aceh itu.

Kabupaten Gayo Lues, salah satu kabupaten di wilayah tengah provinsi Aceh, selama ini terlanjur menyandang 'imej' yang kurang baik, yaitu sebagai 'lumbung' atau daerah penghasil dan pemasok 'barang haram' Ganja (Cannabis sativa Lynn). 

Tanaman yang tergolong jenis psikotropika ini dikategorikan sebagai salah satu jenis narkotika yang sudah dinyatakan sebagai tanaman illegal di negeri ini. Kondisi sebagian wilayah kabupaten Gayo Lues yang berbukit dan masih memiliki kawasan hutan, kemudian sering disalah gunakan oleh para oknum untuk menanam 'tembakau hijau' ini, dan kebetulan kondisi agroklimat setempat memang sangat cocok untuk syarat tumbuh tanaman ganja ini. Tak heran, dalam setiap operasi yang dilakukan oleh kepolisian maupun BNN, di wilayah ini sering ditemukan lading ganja dalam arela yang cukup luas.

Gambar 2, Operasi pemusnahan ladang ganja yang sering dilakukan di Aceh (Doc. FMT)
Gambar 2, Operasi pemusnahan ladang ganja yang sering dilakukan di Aceh (Doc. FMT)
Meski upaya pemberantasan tanaman maupun perdaran ganja ini terus dilakukan oleh berbagai pihak, tetap saja tanaman ini nyaris tidak pernah punah dari 'bumi leuser' ini. Ibarat 'mati satu tumbuh seribu', terus saja ada oknum yang ingin terus mengeruk keuntungan secara illegal dengan menanam dan mengedarkan barang haram ini. 

Belakangan ditengarai, terus berkembangnya tanaman ganja ini di wilayah Gayo Lues, salah satunya karena pihak-pihak terkait hanya melakaukan upaya pemberantasan, namun tidak diiringi upaya memberdayakan para 'petani' ganja, sehingga meski sudah beberapa kali tertangkap dan diproses hukum, tetap saja mereka tidak merasa jera, karena tidak ada keterampilan lain yang mereka miliki, dan akhirnya mereka akan kembali menanam ganja ini. Ini yang kemudian menjadi perhatian khusus Badan Narkotika Nasional untuk segera mencarikan solusi, karena upaya kuratif dan repersif yang dilakukan selama ini dinilai belum berhasil secara optimal, hanya reda sesaat, kemudian timbul lagi.

Badan Narkotika Nasional (BNN) kemudian berupaya keras untuk mencari solusi terbaik agar mereka yang pernah 'terjerat' kasus narkoba khususnya ganja  ini tidak mengulangi lagi perbuatan melawan hukum. Tidak ada pilihan lain, mereka harus diberdayakan, diberikan bekal keterampilan dan di berikan modal untuk berusaha tani. Dengan demikian mereka tidak berfikir lagi untuk mengulangi perbuatan mereka, karena mereka bisa hidup layak nantinya dari hasil usaha tani mereka.

Kopi arabika jadi alternatif.

Melihat topografi wilayah Gayo Lues yang sangat cocok untuk pengembangan komoditi kopi, maka pihak BNN bersama pemerintah provinsi Aceh dan pemerintah kabupaten Gayo Lues sepakat untuk menjadikan komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis tinggi ini sebagai alternatif solusi pencegahan dini penanaman ganja. Budidaya kopi yang relatif tidak terlalu sulit, juga merupakan pertimbangan pihak BNN. Begitu juga dukungan dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh maupun Dinas Pertanian Gayo Lues bersama jajaran penyuluh pertaniannya, membuat pihak BNN merasa optimis program alternatif ini akan berhasil.

Tak mau lagi menunda-nunda program pencegahan dini ganja, Kepala BNN Pusat Komjen Pol. Budi Waseso pun segera mengandeng Wakil Gubernaur Aceh, Ir. Nova Iriansyah, MT dan Bupati Gayo Lues, Muhammad Amru untuk segera merealisasikan program tersebut. Senin (26/2/2018) kemarin BNN pun menggelar acara tanam perdana kopi arabika yang dipusatkan di kawasan Agusen, Gayo Lues, sebuah wilayah yang berdekatan dengan kawasan hutan yang selama ini ditengarai sebagai areal perladangan ganja. Bahkan konon, kawasan hutan di seputaran wailayah Agusen ini pernah dikenal sebagai 'sentra produksi' dan penghasi ganja dengan kualitas terbaik. Tak salah jika kemudian BNN memilik lokasi ini sebagai titik awal menggerakkan program aletrnatif penanggulangan dan pencegahan peredaran narkoba ini di kabupaten Gayo Lues.

Penanaman Kopi ini di lakuakan dalam rangka kunjungan kerja Kepala BNN RI dan sekaligus tanam perdana Program Grand Design Alternative Development (GDAD) untuk wilayah Aceh khususnya kabupaten Gayo Lues, yang di selengarakan Oleh BNN serta melibatkan intansi terkait. Program ini juga mendapat dukungan penuh dari pemerintah provinsi Aceh, ini dibuktikan dengan turunnya Wakil Gubernur, Nova Iriansyah mendambingi Buwas dalam pelaksanaan tanam perdana ini.

Gambar 3, Kopi Arabika Gayo 1 jadi alternatif pemberdayaan petani agar tidak menanam ganja (Doc. FMT)
Gambar 3, Kopi Arabika Gayo 1 jadi alternatif pemberdayaan petani agar tidak menanam ganja (Doc. FMT)
Dalam kesempatan tersebut, Buwas berharap program ini benar-benar bisa menjadi alternatif bagi masyarakat setempat untuk tidak lagi menanam ganja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun