Begitu juga dengan komoditi cabe, dalam dua tahun terakhir juga mengalami peningkatan luas tanam, karena kebetulan wilayah perbukitan berhawa sangat dingin ini sangat cocok untuk pengembangan komoditi ini.Â
Selain kondisi agroklimatnya yang mendukung, udara dingin yang selalu menyelimuti kawasan ini juga dapat meinimalisir serangan hama dan penyakit tanaman cabe, sehingga petani tidak perlu mengunakan pestisida secara berlebihan. Kondisi ini juga bisa menghemat biaya produksi dan tentu saja 'profit margin' yang mereka terima sekain tinggi.
Bukan hanya kentang dan cabe, potensi komoditi pertanian lainnya seperti jeruk, tebu dan sumber pangan alternatif seperti Ganyong, juga tidak luput dari perhatian penyuluh ini. Dalam beberapa tahun terakhir, wilayah Atu Lintang mulai dikenal sebagai penghasil dan penyuplai jeruk keprok Gayo untuk pasar lokal maupun antar daerah.Â
Begitu juga dengan komoditi Ganyong yang dikembangkan oleh beberapa kelompok tani wanita (KWT) binaaanya, sekarang sudah menjadi pilot project pengembangan diversivikasi pangan, bukan sebatas tingkat kabupaten Aceh Tengah, malah sampai ke tingkat provinsi. Lahan kritis yang tidak memungkinkan untuk budidaya kopi atau hortikultura, dia sarankan untuk pengembangan komoditi tebu, karena pasar komoditi tebu ini baik dalam bentuk mentah maupun dalam bentuk olahan juga cukup bagus.
"Nyalakan obor' petani.
Wilayah Atu Lintang yang berada di daerah perbukitan ini sekarang sering menjadi destinasi kunjungan para pejabat daerah maupun pejbat pusat, karena potensi pertanian di wilayah ini sudah tergarap dengan baik dan mengalami kemajuan secara signifikan dalam dua tahun terkahir ini. Tentu ini tidak bisa dilepaskan dari peran aktif Armia yang mampu menggerakkan potensi sumber daya penyuluh yang berada dalam koordinasinya untuk secara optimal membina para petani, karena memang itu tugas utama mereka.
Bukan hanya para petani yang ingin terus mempertahankan keberadaan Armia di wilayah mereka, para penyuluh yang menjadi 'anak buah'nya juga berharap hal yang sama. Manajemen terbuka dan sistim kekeluargaan yang diterapkan oleh Armia, membuat para penyuluh itu menrasa nyaman bertugas di daerah itu.Â
Dalam pelaksanaan tugas tidak ada itilah 'bos' dan 'anak buah' bagi Armia, dia menganggap semua penyuluh memiliki hak dan kewajiban yang sama, ini yang membuat dia begitu disukai oleh para penyuluh yang berada dibawah koordinasinya.
Hubungan yang baik dengan satke holders di tingkat kecamatan seperti Camat, Dan Ramil, Kapolpos dan para tokoh masyarakat yang selama ini dibangunya, membuat aktifitasnya melakukan pembinaan dan penyuluhan pertanian mendapat dukungan dari aparat terkait. Camat Atu Lintang, Erwin Pratama, SSTP yang kebetulan usianya sebaya dengan Armia, sering berkoordinasi dengan penyuluh ini dalam melaksanakan pembangunan di wilayahnya, termasuk dalam pemanfaatan dana desa untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat.Â