"Pak tolong jangan sampai pak Armia dipindahkan dari Atu Lintang ini, kami para petani disini sangat butuh bimbingan dari beliau, karena selama ini beliau sangat aktif turun ke lapangan untuk membina kami" begitu ungkapan yang sering penulis dengar dar para petani di Kecamatan Atu Lintang, Aceh Tengah. Armia yang mereka maksud adalah sosok Armia Putra, SP yang sudah lebih dari dua tahun ini mengembang tugas sebagai Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Atu Lintang.
Ungkapan para petani itu tidak berlebihan, karena sejak dia ditempatkan sebagai Kepala BPP di eks lokasi pemukiman transmigrasi itu, dia memang dikenal sangat dekat dengan para petani disana. Penyuluh muda kelahiran Takengon 2 Agustus 1982 ini memang terlihat sangat memahami dan menghayati tugasnya sebagai seorang penyuluh pertanian.Â
Nyaris tiada hari yang terlewatkan tanpa kehadirannya di tengah-tengah petani, bahkan terkadang tidak mengenal hari libur. Sikap ramah dan bersahaja yang selalu ditunjukkannya ini yang membuat para petani yang ada di wilayah binaaannya begitu takut 'kehilangan' sosok yang rajin blusukan ke semua desa yang ada di wilayah kecamatan Atu Lintang ini.
Mengawali aktifitasnya sebagai penyuluh pertanian kontrak pada tahun 2008 yang lalu, alumni fakultas pertanian Universitas Gajah Putih ini kemudian diangkat sebagai CPNS pada tahun 2011 lalu melalui jalur umum.Â
Berubah status dari Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL TBPP) menjadi Pegawai Negeri Sipil, tidak menyurutkan langkahnya untuk terus berkiprah sebagai seorang penyuluh pertanian. Iming-iming untuk menduduki jabatan structural bahkan pernah di tolaknya, karena dia merasa menjadi penyuluh pertanian itu memang sudah menjadi panggilan jiwanya.
Selain dikenal dekat dengan para petani, Armia juga sangat paham akan potensi pertanian di wilayah binaannya. Itulah sebabnya dia terus berusaha menggerakkan petani dan kelompok tani disana untuk terus mengembangkan potensi pertanian yang ada.Â
Selain komoditi kopi arabika yang menjadi andalan petani, komoditi hortikultura seperti kentang dan cabe juga sangat potensial di wilayah dengan ketinggian antara 1.400 sampai 1.800 meter diatas permukaan laut ini. Melihat potensi tersebut, Armia kemudian memberikan motivasi kepada petani untuk melakukan diversifikasi usaha tani, dari hanya bergantung kepada kopi menjadi usaha tani dengan komoditi yang lebih beragam.
Tak sekedar memberikan penyuluhan, penyuluh yang satu ini juga aktif merangkul petani untuk melaksanakan demplot-demplot percontohan beberapa komoditi potensial seperti kentang dan cabe.Â
Hasilnya, petani semakin termotivasi untuk menjadikan wilayah Atu Lintang sebagai salah satu sentra produksi hortikultura khususnya kentang. Berkat pembinaan rutin yang terus dia lakukan, kini hampir setiap minggu ada produk kentang yang dipanen di daerah ini, dan berkat budidaya kentang ini, perekonomian masyarakatpun ikut terdongkrak.Â
Hampir setiap hari terlihat beberapa truk kentang keluar dari daerah ini untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal maupun luar daerah. Salah satu yang membuat Armia begitu intens membina petani kentang adalah karena harga komoditi yang satu ini relative stabil, sehingga usaha tani ini sangat menguntungkan petani.