Inginkan pola tanam bergilir.
Berkat terobosan yang dilakukan oleh petani muda ini, peluang pasar produk pertanian dari Gayo semakin terbuka, karena sebenarnya daerah ini memang merupakan penghasil produk hortikultura yang kualitasnya sudah diakui secara nasional.Â
Namun kendala yang masih dirasakan Iyan sampai saat ini adalah kontinuitas produksi yang belum stabil. Pada waktu tertentu produksi berlebih bahkan cenderung over product, tapi di waktu lainnya terjadi kelangkaan produk. Ini yang kemudian sering menjadi kendala ketika petani Gayo ingin menjalin kerjasama dalam pemasaran produk pertanian mereka, karena mitra kerjasama selalu mengingingkan pengiriman produk ini ini secara rutin dalam jumlah tertentu.
Untuk itu Iyan sangat berharap 'campur tangan' pemerintah daerah untuk mengatur pola tanam bergilir, khususnya pada komoditi hortikultura, sehingga produk tersebut selalu tersedia setiap saat dan kerjasama pemasarannya pun tidak lagi terkendala.
"Dari segi kualitas, produk pertanian Gayo ini boleh dibilang memiliki keunggulan, tapi kebanyakan petani disini masih menganut pola tanam latah, sehingga pada saat panen terjadi over produksi tapi di saat lainnya terjadi kelangkaan, padahal mitra kita di luar daerah meinta kita untuk bisa mengirim produk tersebut secara rutin" ungkapnya.
"Kalau petani atau kelompok tani disini mau melakukan pola tanam bergilir, kontinuitas produksi akan bisa terjaga dan kita akan selalu dapat memenuhi permintaan mitra kerjasama kita, untuk mewujudkan pola tanam bergilir ini, peran pemerintah daerah sangat kami harapkan" lanjutnya.
Selain peran pemerintah daerah melalui penerbitan regulasi, sosialisasi kepada petani melalui para penyuluh pertanian juga punya peran penting dalam penerapan pola tanam bergilir ini. Disamping itu kemauan petani untuk belajar mengakses informasi dari luar juga sangat berpengaruh terhadap penerapan pola tanam bergilir ini.
"Kalau petani sudah mampu mengakses informasi pasar dari luar, perlahan akan timbul kesadaran tentang pentingnya pola tanam bergilir ini, dan ketika kontinuitas produksi bisa kita pertahankan, maka masalah pemasaran sejatinya bukanlah sutau kendala bagi petani, selain tentunya tetap mempertahankan kualitas produk yang kita hasilkan" sambung Iyan.
Iyan juga menengarai, fluktuasi harga yang terjadi selama ini, utamanya pada produk hortikultura, salah satunya akibat petani di Gayo belum mampu menjaga kontinuitas produksi. Kedepan, dia sudah memasang tekad untuk bisa menjadi pelopor dalam pemasaran produk pertanian di daerahnya, karena selain Tangerang, tawaran kerjasama pemasaran juga sudah mulai berdatangan dari beberapa daerah baik di Sumatera maupun di Jawa.
"Insya Allah, dengan sinergi kita bersama, masalah pemasaran produksi hortikultura yang selama ini menjadi kendala bagi petani, akan bisa kita carikan solusinya" pungkasnya.
Baru dalam hitungan bulan dia menjalin kemitraan dengan relasinya, dia sudah mulai dapat menikmati hasilnya. Selain dari keuntungan bisnis yang dijalaninya, yang membuat petani 'ndeso' ini merasa bahagia adalah karena dia juga bisa membantu rekan-rekannya dalam memasarkan produk pertanian yang mereka hasilkan. Kreativitas seperti ini yang semestinya mendapatkan dukungan dan apresiasi dari pemerintah daerah setempat.