Kepada sang pengusaha, dia mencoba untuk menawarkan produk pertanian yang selama ini dihasilkan oleh para petani di daerahnya. Karena fokus usaha tani yang dilaksanakan olek kelompoknya saat ini adalah komoditi bawang merah, maka produk pertama yang dia tawarkan dalam kerjasama pemasaran ini adalah komoditi tersebut.Â
Sebuah kebetulan mungkin, pada saat bersamaan, nama bawang merah lokal Gayo mulai dikenal masyarakat luar daerah setelah sering dipublikasikan melalui media. Belakangan Kementerian Pertanian juga sudah memberikan pengakuan kepada bawang merah lokal atau yang dikenal dengan nama 'lasun Gayo' sebagai varietas unggul nasional.
Tak ingin hanya sekedar coba-coba dengan terobosanya ini, Iyan pun segera mengirimkan sampel produk bawang merah yang dihasilkan kelompok taninya sebanyak 500 kilogram ke Tangerang. Tanpa dinyana, sampel produk yang dikirimkannya itu mendapat sambutan antusias dari konsumen di kota Tangerang dan sekitarnya. Melihat produk yang ditawarkan mendapat sambutan bagus dari konsumen, relasi bisnis Iyan di Tangerang langsung memintanya untuk mengirimkan produk tersebut secara rutin dalam jumlah tertentu.Â
Namun ketika sang relasi memtok angka 10 ton per minggu, Iyan malah jadi kelimpungan sendiri, untuk memenuhi target tersebut cukup berat baginya, karena kalau hanya mengandalkan produksi dari kelompok taninya, tentu tidak akan terpenuhi.
Dia pun mulai mencari dan menampung hasil pertanian dari petani atau kelompok tani lainnya untuk memenuhi target yang diminta kliennya itu. Namun meski mengejar target, Iyan tetap komitmen dengan kualitas barang yang akan dia kirim, itulah sebabnya dia hanya mengirimkan produk dengan grade 1 (premium class) dalam kerjasama bisnis yang dirintisnya ini.Â
Alasannya logis, produk premium class akan lebih mudah dipasarkan dengan harga yang relatif tinggi, dan penyusutan selama pengangkutan juga rendah. Di samping itu, produk berkualitas memiliki daya simpan yang lebih lama sehingga resiko kerusakan atau busuk di gudang bisa diminimalisir dan kerugian bisa dihindarkan.
Memasuki bulan kedua kerjasama pemasaran yang dirintisnya, Iyan memang belum mampu memnuhi target yang diminta oleh relasinya. Setiap minggu dia baru bisa mengirim 2-3 ton bawang merah ke Tangerang, dan Alhamdulillah bawang merah asal Gayo ini 'laris manis' di kota yang berdampingan dengan ibu kota ini.
Bahkan menurut informasi yang dia dapatkan dari relasi bisnisnya itu, bawang merah yang dia kirim mampu bersaing dengan bawang merah yang berasal dari Brebes maupun daerah sentra produksi bawang merah lainnya.
Karena dia mampu mempertahankan kualitas produk yang dia kirimkan, akhirnya hasil pertanian petani Gayo inipun mulai eksis di beberapa pasar di kota Tangerang, ini yang membuat Iyan makin bersemangat.