Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

"Gilaaa" tapi Nggak Stres

15 Agustus 2017   09:08 Diperbarui: 15 Agustus 2017   09:28 7967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1, Warung Nasi Goreng 'Gilaaa', bukan tempat mangkal orang stress (Doc. FMT)

Beberapa minggu belakangan ini, kesibukanku terasa sangat padat, mulai dari turun ke semua kecamatan untuk sharing dengan para kelompok tani dalam kegiatan kursus tani, mengajar di Balai Diklat Pertanian Provinsi Aceh, sampai melakukan aktifitas rutin mengirim para penyuluh untuk mengikuti beberapa diklat di luar daerah dan memenuhi undangan beberapa kelompok tani untuk memanen hasil pertanian mereka. Pulang kerja menjelang petang nyaris setiap hari, membuat fisik dan otak ini sangat terasa lelah.

Dalam kondisi seperti ini, hari Minggu kemudian menjadi hari yang sangat berharga bagiku, karena hari itu aku bisa menghabiskan waktu bersama keluarga. Refresing dengan pilihan lokasi yang tidak terlalu jauh dan 'ramah anggaran', kemudian menjadi alternatif bagiku untuk melepaskan kepenatan bersama keluarga. Kebetulan sudah cukup lama tidak pernah mengajak mereka  sekedar jalan-jalan, dan pilihan kami hari itu adalah tempat pemandian air panas yang berada di desa Bandar Lampahan, Bener Meriah, hanya sekitar 20 kilometer dari tempat tinggal kami. Berendam di air panas yang bersumber dari gunung berapi Burni Telong itu, terasa membuat fisik dan fikiranku menjadi terasa fresh kembali. Kelelahan selama beberapa minggu ini seperti 'diisap' oleh energi air panas alam itu.

Usai berendam selama lebih dari 30 menit, badanpun terasa segar kembali, tapi kemudian berefek pada munculnya rasa lapar, sebagian besar kalori seperti sudah 'tersedot' oleh air panas dengan suhu sekitar 50 derajat Celcius itu, itu yang membuat perut kemudian 'meronta' minta di isi ulang. Sedang celingak celinguk mencari makanan yang bisa buat mengganjal perut, tiba-tiba mataku tertumbuk pada sebuah tulisan yang lumayan besar melakat di kaca etalase sebuah warung, tak berapa jauh dari lokasi pemandian air panas. Tulisan itu yang menggelitikku untuk mendekat dan memasuki warung itu, 'Nasgor Gilaaa', begitu 'maklumat' yang tertempel di kaca warung itu.

Ketimbang terus penasaran, aku mengajak keluargaku untuk segera memasuki warung yang tak begitu besar itu. Tak ada yang istimewa di dalam warung itu, hanya deretan meja dan kursi plasik seperti warung-warung lainnya. Pelayan segera menghampiri meja kami menanyakan apa yang akan kami pesan, sejenak kami perhatikan spanduk besar yang melekat di dinding warung berisi daftar menu yang tersedia di warung itu.

"Apa yang istimewa disini?" tanyaku pada pelayan itu, seora g pemuda yang kutaksir masih berusia belasan tahun.

"Nasi goreng gila spesial pak" jawab pelayan itu, mendengar kata 'gila' aku jadi makin penasaran, se'gila' apakah nasi gorengnya.

"Oke, buatkan empat porsi, tambah es jeruk empat juga"  jawabku

"Baik pak, ditungu sebentar ya pak" jawab pelayan itu.

Gambar 2, Proses pembuatan nasi goreng, nasinya dilempar ke wajan (Doc. FMT)
Gambar 2, Proses pembuatan nasi goreng, nasinya dilempar ke wajan (Doc. FMT)
Dua orang pelayan yang juga laki-laki muda yang sudah stand by di depan, segera membuatkan pesanan kami, sambil menyerupt es jerus yang sudah dihidangkan, kuperhatikan bagaimana sih proses pembuatan nasi goereng 'gila' itu. 

Bumbu giling ditambah sedikit irisan kol kemudian ditumis diatas wajan, lalu menyusul udang dan cumi, setelah tumisan itu berbau harum baru kemudian nasi putih dimasukkan. Agak unik cara memasukkan nasi ke wajan penggrengan itu, bukan ditaruh secara 'baik-baik' tapi dilempar dari jarak sekitar satu meter, dan anehnya tidak sebutirpun yang tumpah, disini mungkin letak ke'gila'annya, pikirku. 

Sekitar sepeuluh menit nasi goreng itu berada dalam wajan, kemudian ditambahkan suwiran ayam goreng dan beberapa saat kemudian nasai goereng itu sudah siap disajikan. Sambil menunggu nasi goreng masak, pelayan yang satunya lagi menyipakan telur dadar di wajan lainnya sebagai pelengkap nasi goreng 'gila' itu, beberapa potong timun dan tomat segar, kemudian menjadi 'pemanis' nasi goreng itu.

Begitu nasi goreng tersaji di meja, kami sudah nggak sabar lagi untuk menunggu lama, segera saja kami mulai menyuapkan nasi goreng yang masih agak panas itu. Nggak salah lagi, rasanya memang cukup 'gila', pedas gurih, bercampur menjadi satu, sehingga tak butuh waktu lama untuk menghabiskan porsi nasi goreng yang lumayan 'jumbo' itu. 

Terobati sudah rasa lapar kami dengan sepiring nasi goreng yang menurutku lumayan istimewa itu, segelas besar es jeruk akhirnya 'menyempurnakan' santapan  Minggu sore itu. Harga yang dipatok juga lumayan 'bersahabat' dengan isi kantong, untuk seporsi nasi goreng komplit di'banderol' Rp 22.000,- dan segelas es jeruk bertarif Rp 8.000,-. Ada juga menu yang lebih murah, yaitu nasi goreng yang nggak 'gila', tanpa udang, cumi dan ayam, cuma 'berteman' telur dadar, cukup membayar sepuluh ribu rupiah untuk 'menebus'nya.

Gambar 3, Nasi goreng yang rasanya benar-benar 'gila' (Doc. FMT)
Gambar 3, Nasi goreng yang rasanya benar-benar 'gila' (Doc. FMT)
Meski perut sudah terisi secara proporsional, tapi tetap saja aku penasaran, kenapa sih sang pemilik warung memberi nama produk unggulannya dengan nama yang rada-rada 'ekstrim' seperti itu. Tapi ketika kutanya pada pelayan, mereka cuma tertawa tanpa menjelaskan apa-apa.

"Tanya saja sama bos, pak" jawab mereka sambil menahan tawa.

Kepenasaranku akhirnya terjawab juga setelah aku ketemu dengan pemilik warung, seorang laki-laki berperawakan sedang, anak buahnya memanggil laki-laki itu dengan panggilan Kang Dedi, konon dia seorang perantau asal Bandung. Dia pun mulai bercerita awal membuka usahanya itu sekitar dua tahun lalu. Tak begitu jauh dari tempatnya membuka usaha, ada sebuah sungai kecil yang ioleh masyarakat setempat disebut 'Wih Gile' atau Sungai Gila. Disebut begitu, karena sungai kecil itu sewaktu-waktu bisa membuat warga disekitarnya kalang kabut, karena tiba-tiba menjadi 'gila', yaitu meluberkan airnya kemana-mana. 

Kejadian terakhir terjadi sekitar dua setengah atau tiga tahun yang lalu, pada saat curah hujan cukup tinggi turun di hulu sungai yang berada di lereng gunung Burni Telong, air sungai itu mendadak menjadi 'gila" dan tidak terkendali, beberapa rumah warga rata dengan tanah di"hempang" luapan sungai gila itu. Bukan berdampak pada rumah warga yang berada di sekitar sungai, tapai juga 'mengamuk' sampai sekitar 1 kilometer dari sungai itu. Ruko yang berda sekitar 600 meter dari sungai, yang kini jadi tempat usaha Kang Dedi juga tidak luput dari amukan sungai gila itu, meski tak sempat roboh, tapi beberapa kubik batu dan kayu yang terbawa air, sempat 'mampir' tanpa permisi di rumah toko yang juga menjadi temat tinggalnya itu.

Tapi bagi Kang Dedi, bencana alam itu rupanya melah menjadi inspirasi baginya untuk membuka usaha kuliner nasi dan mi gorenng di tempat itu. Diilhami nama sungai gila yang nyaris merobohkan tempat tinggalnya, dia kemudian punya ide 'nyeleneh', membuka warung yang kemudian dia beri nama ,'Nasgor Gilaaa', mengambil nama sungai yang suka kumat 'gila'nya itu. Aku cuma melongo mendengar cerita Kang Dedi, karena awalanya aku mengira kalau nama yang nggak lumrah itu lahir dari ke'gila'an sang pemilik warung, atau setidaknya pemilik warung itu punya sifat atau kelakuan 'nyentrik'. 

Beberapa orang yang pernah mampir di warung ini, juga awalnya ragu, takut kalo pemilik atau pelayannya adalah orang-orang stress, atau barang kali warung itu jadi tempat mangkalnya orang-orang 'setengah tiang', aku juga merasa begitu sebelum mendengar cerita Kang Dedi. Bahkan aku sempat berpraduga, kalao pemilik dan pelayan warung ini adaah mantan pasian rumah sakit jiwa, tapi dugaan saya meleset seratus delapan puluh derajat.

Dan ternyata nama ekstrim itu malah jadi berkah bagi Kang Dedi, warung nasi gorengnya selalu ramai dikunjungi orang, apalagi lokasinya berdekatan dengan kolam pemandian air panas yang pada akhir pekan selalu dipadati pengunjung. Untuk menggapai sukses, terkadang memang butuh ide-ide yang rada-rada 'gila', dan Kang Dedi sudah membuktikannya. Dan kesan saya setelah mencoba nasi gorreng di warung itu, jangan takut mampir kesini, karena anda tidak akan jadi stress gara-gara mampir di warung ini, disini juga nggak ada orang stress, yang ada cuma nasi goreng yang rasanya memang 'gilaaa' banget, hehehe.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun