Beberapa minggu belakangan ini, kesibukanku terasa sangat padat, mulai dari turun ke semua kecamatan untuk sharing dengan para kelompok tani dalam kegiatan kursus tani, mengajar di Balai Diklat Pertanian Provinsi Aceh, sampai melakukan aktifitas rutin mengirim para penyuluh untuk mengikuti beberapa diklat di luar daerah dan memenuhi undangan beberapa kelompok tani untuk memanen hasil pertanian mereka. Pulang kerja menjelang petang nyaris setiap hari, membuat fisik dan otak ini sangat terasa lelah.
Dalam kondisi seperti ini, hari Minggu kemudian menjadi hari yang sangat berharga bagiku, karena hari itu aku bisa menghabiskan waktu bersama keluarga. Refresing dengan pilihan lokasi yang tidak terlalu jauh dan 'ramah anggaran', kemudian menjadi alternatif bagiku untuk melepaskan kepenatan bersama keluarga. Kebetulan sudah cukup lama tidak pernah mengajak mereka  sekedar jalan-jalan, dan pilihan kami hari itu adalah tempat pemandian air panas yang berada di desa Bandar Lampahan, Bener Meriah, hanya sekitar 20 kilometer dari tempat tinggal kami. Berendam di air panas yang bersumber dari gunung berapi Burni Telong itu, terasa membuat fisik dan fikiranku menjadi terasa fresh kembali. Kelelahan selama beberapa minggu ini seperti 'diisap' oleh energi air panas alam itu.
Usai berendam selama lebih dari 30 menit, badanpun terasa segar kembali, tapi kemudian berefek pada munculnya rasa lapar, sebagian besar kalori seperti sudah 'tersedot' oleh air panas dengan suhu sekitar 50 derajat Celcius itu, itu yang membuat perut kemudian 'meronta' minta di isi ulang. Sedang celingak celinguk mencari makanan yang bisa buat mengganjal perut, tiba-tiba mataku tertumbuk pada sebuah tulisan yang lumayan besar melakat di kaca etalase sebuah warung, tak berapa jauh dari lokasi pemandian air panas. Tulisan itu yang menggelitikku untuk mendekat dan memasuki warung itu, 'Nasgor Gilaaa', begitu 'maklumat' yang tertempel di kaca warung itu.
Ketimbang terus penasaran, aku mengajak keluargaku untuk segera memasuki warung yang tak begitu besar itu. Tak ada yang istimewa di dalam warung itu, hanya deretan meja dan kursi plasik seperti warung-warung lainnya. Pelayan segera menghampiri meja kami menanyakan apa yang akan kami pesan, sejenak kami perhatikan spanduk besar yang melekat di dinding warung berisi daftar menu yang tersedia di warung itu.
"Apa yang istimewa disini?" tanyaku pada pelayan itu, seora g pemuda yang kutaksir masih berusia belasan tahun.
"Nasi goreng gila spesial pak" jawab pelayan itu, mendengar kata 'gila' aku jadi makin penasaran, se'gila' apakah nasi gorengnya.
"Oke, buatkan empat porsi, tambah es jeruk empat juga" Â jawabku
"Baik pak, ditungu sebentar ya pak" jawab pelayan itu.
Bumbu giling ditambah sedikit irisan kol kemudian ditumis diatas wajan, lalu menyusul udang dan cumi, setelah tumisan itu berbau harum baru kemudian nasi putih dimasukkan. Agak unik cara memasukkan nasi ke wajan penggrengan itu, bukan ditaruh secara 'baik-baik' tapi dilempar dari jarak sekitar satu meter, dan anehnya tidak sebutirpun yang tumpah, disini mungkin letak ke'gila'annya, pikirku.Â
Sekitar sepeuluh menit nasi goreng itu berada dalam wajan, kemudian ditambahkan suwiran ayam goreng dan beberapa saat kemudian nasai goereng itu sudah siap disajikan. Sambil menunggu nasi goreng masak, pelayan yang satunya lagi menyipakan telur dadar di wajan lainnya sebagai pelengkap nasi goreng 'gila' itu, beberapa potong timun dan tomat segar, kemudian menjadi 'pemanis' nasi goreng itu.