Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kasim Mahmud, Penyuluh yang Mampu Biakkan Trichoderma Sendiri

29 Mei 2017   12:04 Diperbarui: 30 Mei 2017   10:07 4034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk proses pengembang biakan trichoderma ini, Kasim langsung mengajak petani untuk mempraketekkan cara pembiakan tersebut, dia berharap, nantinya petani akan bisa membiakkan trichoderma sendiri, yang tentu saja akan menghemat biaya produksi dari usaha tani yang merke lakukan. Setelah media tumbuh disterilkan dengan cara direbuh sampai mendidih, bibit trichoderma yang dia peroleh dari hutan kemudian dicampurkan pada media tumbuh tersebut dan dimasukkan dalam kantong-kantong plastik atau yang sering disebut baglog, sama seperti membudidayakan jamur tiram atau jamur konsumsi. Baglog tersebut kemudian disimpan pada ruangan kedap cahaya, sampai cebdawan-cendawan trichoderma tersebut tumbuh merata, butuh waktu sekitar sepuluh hari untuk membiakkan trichoderma tersebut.

Setelah berhasil membiakkan trichoderma tersebut, kemudian Kasim membagikan secara cuma-cuma kepada petani untuk diaplikasikan pada tanaman mereka. Tidak lupa penyuluh ini juga mengaplikasikan pada tanamanyang dia budidayakan di lahan miliknya. Tak mengherankan jika kemudian lahan pertanian miliknya, kemudian sering menjadi percontohan bagi para petani maupun para penyuluh, tidak hanya yang berasal dari dalam daerah, tapi juga  dari luar daerah. Bahkan keberhasilannya, membiakkan trichoderma ini, telah diakui oleh Laboratorium Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Aceh yang berpusat di Keumala, Pidie. Selama ini, trichoderma memang hanya dikembangkan di laboratorium oleh peneliti maupun praktisi pengendalian hama dan penyakit tanaman, tapi ternyata dengan cara sederhana pun, trichoderma bisa dikembangkan oleh penyuluh pertanian yang dkenal kreatif ini.

dedak-halus-sebagai-media-pembiakan-trichoderma-592baaf362afbd6719e309e1.jpg
dedak-halus-sebagai-media-pembiakan-trichoderma-592baaf362afbd6719e309e1.jpg
Gambar 2, Untuk media pembiakan trichoderma, Kasim memilih dedak halus yang sudah disterilkan, karena mudah didapat dan murah (Doc. FMT)

Tentu saja keberhasilan Kasim membiakkan trichoderma tidak datang begitu saja, butuh proses lama dan memerlukan ketelitian dan kecermatan, tapi kemauan keras didukung minatnya untuk mengetahui berbagai hala dengan membaca bermacam referensi, membuat Kasim mampu melakukan sesuatu yang mungkin belum pernah dilakukan oleh penyuluh pertanian lainnya. Tak hanya bermanfaat, hasil temuan Kasim ini juga lagsung menyentuk kebutuhan petani, dan terbukti mampu mneidongkrap produktivitas berbagai komoditi pertanian seperti bawang merah, cabe, mentimun, kol, sawi, tomat bahkan padi. Tak banyak yang tau kiprah penyuluh inovatif ini, karena sosok penyuluh yang satu ini memang tidak suka menonjolkan diri, tapi hampir semua petani I wilayah kecamatan Lut Tawar. Aceh Tengah dan sekitarnya, mengenal sangat baik penyuluh ini. Bagi mereka, Kasim tidak hanya sekedar seorang penyuluh tapi lebih dari seorang guru, dimana petani bisa bertanya tentang apa saja yang terkait dengan pertanian kepadanya. Berkat kemampuannya membikakan trichoderma, kini Kasim juga sering diundang sebagai nara sumber maupun pemateri dalam berbagai pelatihan, bukan hanya di tingkat kabupaten bahkan sampai ke tingkat provinsi Aceh. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh dan Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman, Keumala, adalah dua lembaga pemerintah yang selama ini sering meminta bantuan Kasim untuk menjadi nara sumber maupun pemateri dalam berbagai pelatihan petani yang mereka laksanakan.

Tak Cuma berhasil membiakkan trichoderma yang ternyata sangat bermanfaat bagi petani di wilayah binaannya, Kasim juga mampu melahirkan karya inovatif lainya, seperti menciptakan likat kuning sederhana sebagai perangkap serangga pengganggu tanaman, membuat alat caplak tanam padi jajar legowo sederhana, dan di kecamatan Lut Tawar, dia dikenal sebagai pelopor pengembangan varietas padi unggul Inpari 28.  

Itulah sosok Kasim Mahmud, penyuluh bersahaja yang selalu tampil sederhana, namun dibalik kesederhanaannya, tersimpan kearifan seorang penyuluh yang begitu menyadari perannya sebagai pendamping dan pembina bagi petani. Baginya, memberi manfaatk kepada petani adalah sebuah keharusan, dan dia telah membuktikannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun