Keberadaan Balai Diklat Pertanian Aceh di Saree saat ini ternyata bukan hanya menjadi tempat para penyuluh untuk menambah pengetahuan dan keterampilan bagi ara penyuluh pertanian melalui beragai kegiatan diklat. Lebih dari itu, Balai Diklat yang dipimpin oleh drh. Ahdar, MP ini, sejak tahun 2014 yang lalu mulai berbenah untuk memerankan fungsi ganda, yaitu selain sebagai wahana pendidikan dan pelatihan bagi para penyuluh pertanian, juga dirancang sebagai tempat penelitian bagi mahasiswa serta dalam jangka menengah sudah di programkan untuk menjadi lokasi agro wisata.
Lokasi Balai Diklat Pertanian Aceh atau BDP Saree yang sangat setrategis karena berada di lintasan utama jalur Medan – Banda Aceh serta potensi lahan yang cukup luas ditambah sumberdaya manusia yang cukup memadai, membuat balai diklat ini sangat cocok dikembangkan sebagai salah satu destinasi wisata agro. Apalagi setelah ditetapkannya BDP Saree sebagai salah satu obyek kunjungan bagi peserta Pekan Nasional (Penas) Petani Nelayan ke XV tahun 2017 yang akan datang, areal balai diklat ini sudah mulai dibenahi dengan penambahan berbagai instalasi yang dapat dijadikan sebagai obyek wisata agro.
Diperkirakan tidak kurang dari 30.000 peserta Penas dari semua wilayah di Indonesia, akan mengunjungi tempat ini, tentu ini menjadi peluang untuk mempromosikan balai diklat ini dan wilayah disekitarnya sebagai salah satu destinasi agrowisata yang layak dikunjungi. Sampai dengan saat ini sudah ada beberapa instalasi yang dibangun untuk mendukung keberadaan agrowisata di lokasi ini, antara lain instalasi hidroponik, vertikultur, unit pengolahan pupuk organik, taman agro dan pengembangan agribisnis talas jepang Satoimo.
Keseriusan BDP Saree untuk berbenah menjadi kawasan agrowisata, akhirnya “dilirik” oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh yang merupakan instansi pemegang otoritas pariwisata di provinsi Aceh. Setelah melihat langsung potensi dan berbagai instalasi agrowisata yang telah dibangun di BDP Saree terkait persiapannya sebagai salah satu lokasi kunjungan peserta Penas XV, pihak Dibudpar Aceh menyatakan ketertarikannya untuk menjalin kerjasama dengan BDP Saree untuk pengembangan kawasan agrowisata jangka menengah dan jangka panjang.
Hal tersebut terungkap dalam pertemuan antara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh yang diwakili oleh Kepala Bidang Pariwisata, Nyak Umar, SE dengan Kepala BDP Saree, drh. Ahdar, MP, hari Kamis (27/10/2016) yang lalu di Saree.
Dalam pertemuan tersebut, Nyak Umar menyatakan ketertarikan pihaknya untuk bekerjasama dengan BDP Saree dalam pengembangan agrowisata di daerah ini, karena potensi lahan dan infrastrukturnya sangat mendukung. Lokasi yang mudah diakses karena berada di jalur utama, juga merupakan nilai plus dari balai diklat ini, sehingga dianggap sangat layak sebagai pusat pengembangan agrowisata di wilayah Saree, Seulawah dan sekitarnya.
“Kami merasa salut dengan apa yang telah dilakukan oleh pak Ahdar dan kawan-kawan untuk mengembangkan agrowisata di sekitar BDP Saree, ini sejalan dengan program pengembangan pariwita di instansi kami yang terus berupaya menggali potensi wisata berbasis sumberdaya lokal” ungkap Nyak Umar, “Kawasan Saree dan Lembah Seulawah memiliki potensi pertanian dan pemandangan alam yang sangat bagus, menurut kami sangat cocok untuk dikembangkan sebagai salah satu destinasi wisata agro” lanjutnya.
Untuk itu pihaknya sedang menjajaki pola kerjasama pengembangan agrowisata yang akan dilakukan oleh pihaknya dengan pihak BDP Saree. Menurutnya, BDP Saree merupakan mitra yang sangat tepat bagi pihaknya, karena selama ini sudak menujukkan eksistensinya dalam pengembangan kawasan agrowisata di daerah ini.
Tawaran kerjasama tersebut tentu saja disambut baik oleh Kepala BDP Saree, drh. Ahdar, MP, selama ini pihaknya terus berupaya melakukan berbagai pembenahan di seputar lokasi BDP Saree yang akan menjadi salah satu destinasi kunjungan peserta Penas tahun 2017. Kunjungan puluhan ribu peserta Penas ke tempat ini, akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan perekonomian masyarakat sekitar, selain sebagai ajang promosi gratis bagi pariwisata di daerah Saree dan sekitarnya.
Namun demikian, ungkap Ahdar, masalah keterbatasan anggaran, menjadi kendala utama pihaknya dalam mengembangkan lingkungan balai diklat ini ini sebagai kawasan agrowisata. Oleh karenanya dia memnyambut baik tawaran kerjasama dari Disbudpar Aceh untuk pengembangan kawasan agrowisata ini selanjutnya, setidaknya dengan kerjasama ini, akan ada bantuan fasilitasi dan anggaran yang bisa mempercepat pembangunan kawasan agrowisata disini,
“Kami punya keinginan, balai diklat ini bukan cuma menjadi pusat pembelajaran dan pelatihan pagi aparatur pertanian, tapi kami punya obsesi, suatu saat nanti tempat ini juga menjadi salah satu pusat pengembangan wisata agro yang akan dikunjungi banyak wisatawan baik dalam negeri maupun manca negara, karena potensinya cukup baik” lanjut Ahdar, “Saat ini saja, tempat kami ini sudah sering menjadi tempat persinggahan bagi para wisatawan, meski hanya singgah sebentar untuk menikmati kopi Gayo dan jus Satoimo”, sambungnya.
Itulah sebabnya Ahdar merasa optimis, lokasi balai diklat yang dipimpinnya sejak lima tahun yang lalu itu bakal menjadi salah satu kawasan kunjungan wisata, khususnya wisata agro. Dan tawaran kerjasama dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh ini diharapkan akan mampu mempercepat terwujudnya obsesi yang selama ini sudah ada di benaknya.
“Mudah-mudahan kerjasama ini segera terealisasi, dan obsesi saya selama ini untuk mewujudkan tempat ini sebagai kawasan agrowisata segera terwujut, karena saya yakin akan bisa mendongkrak perekonomian masyarakat di sekitar daerah ini” harap Ahdar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H